Pengorbanan Rio Haryanto: Dulu Kaya Boboho, Kini Leher Sekuat Petinju

Kamis, 03 Maret 2016 – 17:58 WIB
Rio Haryanto. FOTO: Wahyudin/Jawa Pos

jpnn.com - Sejak merintis karir balap internasional pada 2008 silam, pembalap muda Rio Haryanto tidak bisa menghabiskan waktunya seperti anak-anak muda kebanyakan. Dia pun harus terus menjalani latihan fisik empat jam per hari, lima hari dalam sepekan. Itu wajib dia lakukan sejak saat itu hingga sekarang.  

---

BACA JUGA: Heboh! Bunga Anggrek Tumbuh di Alquran, Disiram Air Zamzam

BEGITU banyak pembalap yang ingin masuk Formula 1. Namun, kejuaraan dunia itu hanya punya 22 kursi. Yang rekeningnya tersebar di berbagai bank di seantero Eropa pun belum tentu bisa menembus persaingan superketat itu. Jadi, membanggakan sekali bila bisa masuk F1. 

Capaian itulah yang kini diwujudkan Rio Haryanto. Pembalap asal Solo tersebut sedang berpacu dengan waktu untuk beradaptasi dengan mobil V6 hybrid milik Manor-Mercedes. 

BACA JUGA: Histeris, Pasien Rumah Sakit Berhamburan

Dengan begitu, saat grand prix dimulai pada 20 Maret nanti, cah Solo itu bisa kompetitif melawan para pembalap terbaik dunia.

"Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi saya. Sudah sampai di sini, apa pun akan saya lakukan," kata Rio setelah uji coba hari pertama di Barcelona dini hari kemarin WIB. "Demi Indonesia," tegasnya.

BACA JUGA: Dua Sosok Penting di Balik Serial Adit, Sopo, Jarwo

Karena Rio tergabung di tim kecil, Manor-Mercedes, banyak yang memandang dengan sebelah mata. Termasuk sekian banyak orang Indonesia 

Padahal, sekecil apa pun tim Formula 1, anggarannya lebih dari EUR 100 juta alias Rp 1,5 triliun. 

Anggaran Manor musim ini dikabarkan mencapai EUR 120 juta atau setara dengan Rp 1,72 triliun. Teknologi yang digunakan Manor juga nomor wahid. Mesin mobil yang dipakai Rio sama persis dengan yang digunakan juara dunia Lewis Hamilton (Mercedes).

Fans Kimi Raikkonen itu cuek saja dengan segala hal miring mengenai dirinya. Sampai tahapan menjadi pembalap F1, dia telah berkorban banyak hal. Kalau kemudian terganggu dengan hal-hal yang tidak semestinya, konyol sekali, kan? 

Putra mantan pembalap nasional Sinyo Haryanto itu menekuni gokar sejak usia enam tahun. Cowok kelahiran 22 Januari 1993 tersebut kemudian merintis karir internasional pada 2008. 

Sejak saat itu, kehidupannya berubah. Latihan demi latihan dia jalani untuk bisa kompetitif di lintasan balap.

Dennis van Rhee adalah salah seorang yang merekam perjalanan karir Rio. Pria asal Belanda itu menjadi trainer pribadi Rio sejak 2008. Dia mempersiapkan latihan fisik sekaligus memberikan advis terkait dengan teknik balapan. 

"Rio itu dulu seperti Boboho (tokoh film Mandarin yang populer pada 1990-an, Red). Badannya gendut," kenang Van Rhee tentang pertemuannya dengan Rio nyaris delapan tahun silam. 

"Kalau bukan anak yang disiplin, fokus, dan pekerja keras, saya tidak yakin Rio akan seperti saat ini," jelasnya. Cerita bahwa Rio berbadan gendut semasa duduk di sekolah dasar dibenarkan oleh keluarganya.

Bobot badan berlebih tentu saja "diharamkan" dalam balapan formula. Selain memberatkan buat mobil, secara fisik sang driver juga tidak akan mampu menghadapi tantangan dengan tubuh seperti itu. 

Di Formula 1, endurance pembalap harus mirip atlet maraton. Jantungnya akan dipacu 170-200 beats per minute (bpm) selama 1,5 jam perlombaan. 

Lehernya harus sekuat petinju karena G-force mobil F1 begitu besar. Kalau tidak, dua lap saja, lehernya bisa terkilir. Padahal, seorang pembalap F1 harus berlomba dalam 50-an lap. 


"Rio melatih fisiknya dengan sangat keras sejak delapan tahun lalu," ungkap Van Rhee. "Sejak masih ABG (anak baru gede, Red), dia berlatih empat jam sehari, lima hari dalam sepekan. Itu dilakukan selama bertahun-tahun. Saya tidak yakin ada anak lain yang kuat menjalani rutinitas latihan Rio," lanjut dia. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Suara Hati Dokter Turun ke Jalanan Istana..


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler