jpnn.com - PADANG – Guncangan gempa 7,8 skala richter yang berpusat di Kepulauan Mentawai Rabu (2/3) malam terasa hingga ke Kota Padang, Painan, Padangpariaman, Pariaman, Pasaman Barat dan sekitarnya.
Sebagian warga berhamburan meninggalkan rumah. Ada pula warga memilih tinggal diam di rumah. Belum ada laporan kerusakan bangunan dan korban jiwa akibat gempa berpusat di perairan Samudera Hindia ini.
BACA JUGA: Dua Sosok Penting di Balik Serial Adit, Sopo, Jarwo
Kepanikan warga Kota Padang dikarenakan adanya informasi BMKG yang merilis data 8,3 SR berpotensi tsunami dengan pusat gempa Barat Daya 682 KM Kepulauan Mentawai.
Beberapa menit kemudian, BMKG meralat gempa tercatat 7,8 SR dengan pusat gempa Barat Daya 682 KM Kepulauan Mentawai dan berpotensi tsunami.
BACA JUGA: Ketika Suara Hati Dokter Turun ke Jalanan Istana..
Pantauan Padang Ekspres (Jawa Pos Group) tadi malam, sejumlah ruas jalan di Kota Padang terjadi kemacetan akibat sebagian warga memilih mengungsi di tempat ketinggian. Seperti di simpang Jati, simpang M Djamil Padang, simpang Ujunggurun, Simpangharu dan simpang Bypass Lubukbegalung.
Agar tak terjebak macet ada pula warga yang memilih mengungsi di sejumlah shelter di Kota Padang. Di antaranya, Masjid Raya Sumbar, SMAN 1 Padang, SMPN 25 Padang, Masjid Al Azhar UNP dan shelter di Tabing.
BACA JUGA: Sepatu Tjahjo Kumolo pun Kotor
Mereka rata-rata bawa tas ransel, selimut dan perlengkapan tidur. Hingga tadi malam pukul 22.55 warga masih bertahan.
Akibat gempa melanda, warga Kota Padang juga padat merayap antre mengisi bahan bakar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Padang. Warga kota khawatir akan terjadi kelangkaan BBM.
Sementara di RSUP M Djamil, tampak ratusan pasien mencoba turun dari gedung rumah sakit tersebut untuk menyelamatkan diri masing-masing. Beberapa pasien dan keluarga pasien tampak berhamburan keluar dari gedung rumah sakit.
Beberapa orang disibukkan dengan handphone seluler, mencoba menghubungi kerabat jauh. Beberapa lainnya terlihat histeris dan menangis sambir berteriak ‘tsunami’.
Lapangan parkir dijadikan sebagai tempat pengungsian semntara. beberapa orang terlihat masih menggunakan kursi roda, infus dan peralatan medis.
Bahkan, seorang pasien terlihat lengkap dengan kasur dorong khas rumah sakit menyelamatkan diri dengan memilih lapangan parkir sebagai tempat berlindung dari gedung tinggi.
Mega Silvia, 26, pasien kanker tulang yang baru saja menjalani operasi amputasi kaki terlihat panik. Didampingi Hendrik (suami), Mega yang dirawat di lantai 3 mengungsikan diri ke lapangan parkir akibat kepanikan yang tercipta di ruang rawat.
“Saya panik. Kaki saya cuma sebelah, kalau terjadi apa-apa, Bagaimana mau lari,” ucapnya.
Warga lainnya, Risma, 35, ikut merasakan kepanikan. Buah hatinya yang masih berusia 3 tahun pengalami radang paru-paru masih berbalut selang infus dan oksigen. Tanpa menghiraukan instruksi keamanan, ia nekat membawa sang buah hati ke lapangan parkir RSUP.
“Anak saya dirujuk ke sini kemarin siang. Saya tidak menyangka akan terjadi gempa. Apalagi tadi ada yang mengatakan kalau air laut surut. Saya takut kalau sampai terjadi tsunami,” ucapnya dengan nada cemas. (cr2/cr5/cr12/cr3/cr4/roy/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Arif...yang Menganggap Becak Adalah Jodoh
Redaktur : Tim Redaksi