India mendeklarasikan adanya varian virus corona baru yang disebut varian "Delta Plus".

Pengumuman ini dikeluarkan saat India pernah mencatat jumlah vaksinasi terbanyak mencapai 8,6 juta orang dalam sehari, Senin kemarin.

BACA JUGA: Kasus Covid-19 pada Anak Bertambah, Pemkot Surabaya Imbau Orang Tua Disiplin Prokes

Menurut Menteri Kesehatan India, Rajesh Bhushan, varian Delta Plus sudah ditemukan di 16 orang di negara bagian Maharastra, Kerala dan Madya Pradesh.

Menteri Rajesh mengatakan varian Delta Plus menunjukkan tingkat penularan yang lebih tinggi dibandingkan varian Delta sebelumnya.

BACA JUGA: Rahmad Prediksi Alasan Presiden Jokowi Ambil Kebijakan PPKM Mikro, Begini

Ia juga mendesak setiap negara bagian meningkatkan jumlah pengetesan.

India sudah menawarkan vaksinasi gratis bagi seluruh warga dewasa, namun para pakar kesehatan meragukan apakah tingkat vaksinasi seperti itu bisa berpacu dengan kecepatan penularan.

BACA JUGA: Varian Delta Merajalela, Sydney Enggan Terapkan Lockdown Ketat

"Ini jelas tidak akan bisa dipertahankan," kata Chandrakant Lahariya, pakar sistem kesehatan dan kebijakan publik kepada kantor berita Reuters.

"Dengan jumlah sebanyak itu sehari, banyak negara bagian hampir menghabiskan pasokan vaksin mereka, yang akan mempengaruhi tingkat vaksinasi di hari-hari berikutnya."

Menurut Dr Chandrakant, melihat proyeksi ketersediaan vaksin selama beberapa bulan ke depan, tingkat vaksinasi maksimum yang bisa dilakukan di India adalah sekitar 4 sampai 5 juta dosis.

Sejauh ini yang sudah menjalani vaksinasi di India adalah sekitar 5,5 persen dari sekitar 950 juta orang yang memenuhi syarat, meski India adalah negara yang memproduksi vaksin terbesar di dunia.

Meningkatnya kasus yang sangat tinggi di gelombang kedua selama bulan April dan Mei sudah membuat sistem kesehatan di India kewalahan dan menyebabkan ratusan ribu orang meninggal.

Sejak bulan Mei, tingkat vaksinasi adalah sekitar tiga juta per hari, jauh lebih rendah dari target harian 10 juta, yang menurut pejabat kesehatan merupakan angka penting untuk melindungi warga India dari gelombang penularan baru. Angka kasus di India hampir mencapai 30 juta

Menurut para pakar, usaha melakukan vaksinasi di daerah pedesaan mengalami kesulitan. 

Padahal kawasan pedesaan adalah di mana 70 persen dari 1,4 miliar penduduk berada dan sistem kesehatan di sana selalu kewalahan.

Menurut pakar epidemiologi di Delhi, Rajib Dasgupta, mempertahankan tingkat vaksinasi akan menjadi tantangan ketika harus melakukan vaksinasi kepada warga muda di daerah pedesaan.

Program vaksinasi di ibu kota Delhi juga merupakan tantangan tersendiri.

Pihak berwenang di New Delhi mengatakan sekitar delapan juta warga belum mendapatkan dosis pertama vaksin.

Dengan kecepatan vaksinasi saat ini akan diperlukan waktu sekitar satu tahun untuk melakukan vaksinasi untuk seluruh warga dewasa.

India menggunakan vaksin AstraZeneca yang dibuat di dalam negeri sendiri oleh Institut Serum India dan vaksin lokal bernama Covaxin yang dibuat oleh Bharat Biotech.

Pekan lalu, Institute Serum mengatakan rencana untuk meningkatkan produksi menjadi sekitar 100 juta dosis mulai bulan Juli.

Bharat Biotech memperkirakan bisa memproduksi 23 juta dosis setiap bulan.

Jaringan televisi di India CNBC-TV18 melaporkan data fase ketiga menunjukkan Covaxin memiliki tingkat efikasi 77,8 persen.

India juga dalam waktu dekat akan menggunakan vaksin Sputnik V dari Rusia.

Pemerintah India juga akan mengimpor vaksin tahun ini dari pembuat vaksin besar lainnya, seperti Pfizer.

Meski angka penularan di India sudah menurun ke tingkat terendah selama tiga bulan terakhir, para pakar mengatakan tingkat vaksinasi harus ditingkatkan karena varian baru yang lebih cepat menular.

Reuters

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari laporan dalam bahasa Inggris

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Gegara Nobar Perempat Final, Tak Menonton Final EURO 2020!

Berita Terkait