MUNGKID-- Memasuki hari keempat tinggal di barak-barak pengungsian, penyakit mulai mewabahTempat pengungsian yang kurang steril ditambah masih terjadinya hujan abu dianggap sebagai pemicunya
BACA JUGA: Setahun Lepas 18000 Naker
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Magelang, dr Hendarto MKes mengatakan para pengungsi banyak yang terjangkit penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Ispa), diare, gatal-gatal, sakit mata, radang lambung (gastritis), dan batukBACA JUGA: Intervensi Pemerintah Masih Lemah
Disamping ada beberapa jenis penyakit bawaan dari rumah para pengungsi," kata , kemarin.Dia mencatat, sebanyak 146 orang menderita Ispa, 66 orang mengalami pusing-pusing, 57 orang hipertensi, 46 radang lambung atau gastritis dan 33 diantaranya menderita diare
BACA JUGA: Cuaca Ekstrim Hambat Pengiriman Bantuan
Ada lagi yang terkena concungtivitas sebanyak 16 orang," kata dia, kemarin.Ditambahkan Kepala UPT Pusat Informasi dan Masalah Kesehatan, Dwi Susetyo SKm MKes, pengungsi yang paling banyak menderita ISPA berasal dari Desa Keningar, Kecamatan Dukun, yang ditempatkan di Balai Desa Banyubiru"Disana kebanyakan penyakit lantaran mereka menghidup atau terkena abu vulkanik Merapi yang disemburkan dari perut Gunung Merapi yang mengalami erupsi eksplosif sejak Selasa (26/10) sore," papar dia.
Sementara itu, awan panas disertai hujan debu akibat erupsi Merapi masih mengancam masyarakat di Kabupaten MagelangHujan debu tersebut, Jumat (29/10) kemarin, kembali melanda sejumlah desa di Kecamatan Srumbung, Salam, Dukun dan MuntilanKarenanya pemerintah kabupaten (Pemkab) Magelang meminta warganya agar tetap tinggal di pengungsian.
Di Pos Pengamatan Merapi Ngepos, Kecamatan Srumbung, tercatat kemarin terjadi sebanyak tiga kali letusan kecil yang memunculkan awan panas dan hujan debuBerdasarkan pantauan petugas di pos pengamatan awan panas itu terjadi pada pukul 06.10, 08.39 dan 08.34 WIBAwan panas itu berdampak pada terjadinya hujan debu.
Rusman,42, warga Dusun Kalisari, Desa Mranggen, Kecamatan Srumbung, mengatakan, dirinya dan warga di desanya merasakan hujan debu vulkanik itu pada pagi hariMeski debu itu tidak setebal seperti pada saat erupsi Merapi yang pertama, namun warga semuanya tetap memilih menggunakan maskerHujan debu itu berlangsung sejak pukul setengah enam pagi, dan menjelang siang debu sudah semakin berkurang.
Petugas Pos Pengamatan Merapi Ngepos, Srumbung, Retiyo menjelaskan, hujan abu yang terjadi merupakan dampak dari awan panas yang berlangsung pada pagi hariNamun dari pos pengamatan tempat kerjanya, setinggi 25 meter, puncak Merapi tidak lerlihat sama sekali karena tertutup kabut dan awan tebalSehingga pihaknya sulit memperkirakan kejadian yang terjadi di puncak gunung.
"Berdasarkan hasil pantauan petugas di Pos Kaliurang, Yogyakarta, awan panas yang terjadi pada pukul 06.10 arah luncuran lava terjadi ke arah Sungai GendolAasap sulvataranya setinggi 0,8 km ke arah barat daya (Magelang),"" paparnyaSedangkan awan panas pada yang terjadi pada pukul 08.39, asap sulvatara setinggi 1,5 km ke arah baratSementara pukul 08.43, asap sulvatara tidak terpantau arah maupun ketinggiannya, karena puncak Merapi tertutup kabut.
Terpisah, Bupati Magelang, Singgih Sanyoto, menghimbau para pengungsi yang saat ini menempati barak-barak pengungsian tetap tinggal di pengungsian, sambil menunggu suasana amanKhusus untuk pengungsi asal desa Kaliurang, katanya, serta Desa Kemiren, Nglumut Kecamatan Srumbung dan Ngargomulyo Kecamatan Dukun supaya tetap tinggal hingga status Merapi diturunkan menjadi Siaga.
""Sementara pengungsi dari luar empat wilayah desa tersebut, jika ingin kembali ke daerah asal, diharapkan minimal hingga hari Sabtu (30/10), baru boleh meninggalkan pengungsian,"" ungkapnya.
Kapolres Magelang, AKBP Kif Aminanto mengatakan pihaknya menjamin kemanan rumah warga yang mengungsiPihaknya telah menyiagakan 573 pasukan ditambah 50 anggota brimob yang siaga setiap saat"Mereka sudah kita sebar di seluruh wilayah yang warganya mengungsiSetiap malam bersama dengan warga kita juga lakukan patroli," kata Kapolres di sela-sela memberikan bantuan berupa logistik dan pakaian pantas pakai kepada para pengungsi di Kecamatan Srumbung, kemarin.
Sejauh ini, katanya tidak ada kejadian menonjol yang terjadi di lokasi pengungsian maupun desa yang ditinggal pengungsiJuga di lokasi penambangan, Kapolres telah menjamin steril," kata diaDalam kesempatan itu, Kapolres secara simbolis menyerahkan bantuan berupa150 pakaian layak paka, 510 dus mie instan, dan 300 selimut"Semoga ini bisa bermanfaat," harap Kapolres.
Sementara itu, para pengungsi mulai kembali ke lokasi pengungsianPada umumnya, mereka mengaku takut dengan penayangan berita di televisi yang memunculkan ancaman dan bahaya merapi masih mengancamDi Tempat Penampungan Sementara (TPS) Desa Banyudono Kecamatan Dukun, Wakil Ketua TPS, Sanusi menyebutkan pada Kamis malam itu jumlah pengungsi yang semula 420 orang, bertambah 166 orang"Sebanyak 40 orang di antaranya adalah pindahan dari rumah saudara dan 126 lainnya adalah mengungsi baru," jelasnya, Jumat (29/10).
Dia mengatakan, awalnya, ada warga dari KRB III yang memilih mengungsi di rumah saudaranya yang berada di daerah amanNamun, rupanya menumpang terlalu lama membuat mereka tidak nyaman dan akhirnya memilih tinggal di pengungsian(vie)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengungsi Mulai Stres Ringan
Redaktur : Tim Redaksi