Pengusaha Tetap Beli Dolar untuk Bayar Hutang Luar Negeri

Sabtu, 15 Agustus 2015 – 06:45 WIB

jpnn.com - BATAM - Meskipun nilai rupiah terhadap dolar menguat, namun transaksi penjualan dolar Amerika tidak begitu signifikan di Batam, Kepri. Bahkan, dengan naiknya nilai dolar, transaksi pembelian dolar di Kepri justru meningkat.

"Walaupun Rupiah anjlok, banyak yang beli US dollar," kata Amat Tantoso, pemilik Hai-Hai Money Changer seperti dikutip dari Batam Pos (Grup JPNN), Jumat.

BACA JUGA: Selamatkan Teluk Manado, Hari Ini, Marinir akan Menyelam Tanam Bibit Terumbu Karang

Nilai tukar Rupiah untuk 1 Dolar Amerika senilai Rp13.692,50. Hai-Hai Money Changer akan menghargai 1 Dolar dengan Rp 13.800. Dan ia akan menjual 1 Dolar dengan harga Rp13.740. 

Amat Tantoso menilai, kebanyakan masyarakat yang membeli dolar adalah pengusaha. Dolar-dolar itu akan mereka gunakan untuk membayar utang luar negeri. Pembayaran biasanya dilakukan di akhir tahun. Mulai dari September hingga Desember. 

BACA JUGA: Warga Rame-Rame Jual Dolar di Batam

"Dengar kabar begini (Rupiah melemah), mereka takut. Makanya, cepat-cepat mereka beli dolar," katanya.

Permintaan dolar meningkat. Amat mengakui, pihaknya kewalahan menghadapi peningkatan tersebut. Sebab, sejak diberlakukannya kebijakan penggunaan Rupiah di seluruh wilayah Indonesia, Money Changer dilarang membeli dolar dari bank. 

BACA JUGA: Sedihnya Honorer Ini, Kelakuan Suami Mirip Bang Toyib, Rupanya...

Akibatnya, money changer hanya mengandalkan uang-uang dolar yang ditukarkan para turis mancanegara di konter-konter. Uang-uang dolar itulah yang kemudian mereka berikan pada pengusaha yang hendak membeli dolar. 

"Konter-konter sih tidak terlalu mengeluh. Tapi kalau untuk partai besar, kami tidak bisa lagi melayani. Mau dikata apa, mereka harus beli ke bank," ujar Dewan Pembina Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) Kepulauan Riau itu lagi.

Kebijakan menggunakan Rupiah di dalam negeri, menurutnya, bukan hanya menjepit pengusaha. Tetapi juga membuat ruang gerak pengusaha money changer menjadi sempit. 

Mau tak mau, kebijakan itu akan membuat para pengusaha merasa tidak nyaman dalam dua atau tiga tahun ke depan. Apalagi bagi mereka yang terbiasa bertransaksi dengan uang dolar. Para pengusaha akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi.

"Tapi kalau untuk jangka panjang, kebijakan itu sudah bagus," ujarnya. (ceu/ian)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Karyawan Asyik Makan Siang, Pabrik Comforta Dilalap Api


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler