Penjaga Kuburan Bermimpi Ketemu Arwah Mahasiswi yang Minta Rahimnya Dikembalikan

Selasa, 11 Agustus 2020 – 18:06 WIB
Pengacara keluarga LNS Yan Mangandar (kanan) bersama kakak kandung LNS, Mey Susanti (kiri) bertemu dengan penjaga makam Lalu Alimudin (tengah), di TPU Karang Medain. Foto: ANTARA/HO/Pengacara BKBH Unram

jpnn.com, MATARAM - Penjaga Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karang Medain, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Alimudin meminta organ tubuh dari jasad LNS segera dikembalikan.

Organ tubuh LNS sempat dibawa dokter forensik untuk pemeriksaan autopsi lanjutan.

BACA JUGA: Sensasi Mistis di Puncak Berkumpulnya Para Arwah

"Tolong kembalikan yang dibawa dari autopsi itu, pak," kata Alimudin dalam sambungan teleponnya dengan pengacara keluarga LNS, dari Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Universitas Mataram, Yan Mangandar, di Mataram, Selasa (11/8).

Alimudin mengatakan, permintaan itu datang dalam mimpinya pada Minggu (9/8) malam.

BACA JUGA: Kuburan Linda Novida Sari Dibongkar, Jasad Mahasiswi Unram Itu Akhirnya Diautopsi

Dia meyakini itu adalah isyarat dari arwah LNS yang meminta organ tubuhnya segera dikembalikan.

Setelah mendapat mimpi bertemu dengan arwah LNS, Alimudin pun jatuh sakit.

BACA JUGA: Mahasiswi Ditemukan Tewas, Ada yang Janggal

"Sejak dapat mimpi itu saya sakit. Ini saja saya masih belum sehat, pak," ujarnya dengan nada merintih.

Selain Alimudin, tiga orang yang ikut menggali makam LNS juga dilaporkan sakit.

Begitu juga dengan Ibu Lina, salah seorang pengurus pemakaman yang bermukim di TPU.

"Senin (10/8) kemarin saya sempat sakit, tetapi sekarang sudah baikan. Namun, Mamiq (Lalu Alimudin) yang memang katanya didatangi dan sekarang masih belum sehat," kata Lina.

Yan Mangandar bersama pihak keluarga LNS yang mendengar kabar tersebut, kemudian berkoordinasi dengan Kasat Reskrim Polresta Mataram AKP Kadek Adi Budi Astawa.

Mengingat hasil autopsinya sudah keluar, Yan telah mendapat izin untuk mengambil organ tubuh LNS dari dokter forensik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram.

"Sampai rumah sakit, kami ketemu dengan dokter laboratorium patologi anatomi, dijelaskan ternyata organ yang dibawa dr Irawan itu ukurannya sangat kecil. Setelah melalui pemeriksaan, jadi tidak ada yang tersisa sama sekali," kata Yan Mangandar.

Menindaklanjuti kabar dari rumah sakit, Yan bersama keluarga LNS langsung menyambangi makamnya.

Bahkan Yan mengaku bertemu dengan Alimudin di pemakaman. Kondisinya dikatakan kurang sehat.

"Memang dia kelihatan sedang sakit, bicara dengan kiami juga seperti orang lupa ingatan," ujarnya pula.

"Kami juga sudah jelaskan, mereka bingung, tadinya mereka berharap besar, bahkan siap melakukan penggalian ulang, tetapi bagaimana cara memenuhi permintaan itu, karena ini di luar kuasa kami," ujarnya.

Karena itu, pihak keluarga dikatakan telah meminta maaf kepada Alimudin beserta penggali makam yang mengalami sakit. Doa pun telah dipanjatkan di makam LNS.

"Keluarga mendoakan agar tidak ada hal buruk yang kembali menimpa pengurus makam. Seandainya mengalami lagi, mungkin nanti kami bantu rukiah, ini memang di luar logika, kita bingung juga harus bagaimana," kata Yan.

Autopsi jenazah LNS dilaksanakan pada Senin (3/8), dengan menggali makamnya yang berada di TPU Karang Medain, Kota Mataram.

Autopsi dilaksanakan tim dokter forensik dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda NTB dan Universitas Mataram.

Proses autopsi jenazah dilaksanakan sesuai dengan permintaan keluarga almarhum LNS.

Menurut pihak keluarga, ada hal yang janggal dari kematiannya hingga muncul dugaan bahwa LNS meninggal bukan disebabkan karena gantung diri.

Kejanggalan itu didapatkan mulai dari proses memandikan jenazah sampai pemakamannya di TPU Karang Medain, Kota Mataram, pada Minggu (26/7) lalu.

Selain luka lebam, ada juga bercak darah yang keluar dari bagian bawah perut jenazah.

Karena itu dari proses autopsi tersebut, dokter forensik membawa uterus atau rahim jenazah LNS untuk diperiksa lebih lanjut.

LNS yang baru diterima sebagai mahasiswi di Program Magister Hukum Universitas Mataram itu, ditemukan meninggal dunia pada Sabtu (25/7) sore, sekitar pukul 16.30 WITA, di salah satu rumah yang ada di Perumahan Royal Mataram, kawasan Lingkar Selatan, Kota Mataram. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler