Penjahat Generasi Baru Ancam Surabaya

Sabtu, 02 Agustus 2014 – 14:22 WIB

jpnn.com - Sebulan sebelum Ramadan hingga libur Lebaran, Surabaya terbebas dari aksi perampokan berskala besar. Perampok kelas kakap tiarap setelah polisi menembak mati sepuluh bandit sepanjang Mei dan awal Juni. Tapi, sepanjang Ramadan malah marak aksi perampasan motor. Siapa yang nekat beraksi itu?

*****

BACA JUGA: Kurang Dilayani Istri, Anak Tetangga Dicabuli

SEBANYAK 18 tahanan digelandang keluar penjara Mapolrestabes Surabaya, 25 Juli. Mereka dikumpulkan di halaman gedung Anindita dan ditunjukkan kepada media untuk diekspos. Mereka merupakan pelaku tindak kejahatan yang diringkus polisi sepanjang dua pekan menjelang Lebaran.

Separo di antara jumlah tahanan itu masih belia. Usianya berkisar 18 tahun sampai 25 tahun. ”Yang muda-muda inilah yang melakukan aksi perampasan motor akhir-akhir ini,” kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sumaryono.

BACA JUGA: Pemuda Mabuk Tanpa Busana Nyaris Perkosa Tetangga

Sepanjang Ramadan lalu aksi perampasan motor memang cukup marak di jalanan Surabaya. Tindak kejahatan tersebut bahkan mulai terjadi beberapa pekan sebelum bulan puasa dan berlanjut sampai Ramadan. Polrestabes Surabaya memang telah mengantisipasi. Salah satunya membentuk tim crime hunter untuk memburu para penjahat jalanan.

Langkah itu diambil polisi karena berdasar kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, aksi perampokan selalu menjadi hantu saat Ramadan. Lebih-lebih mendekati Lebaran. Pada saat-saat itu, para perampok seakan tidak memiliki rasa takut saat menjalankan aksinya. Tim crime hunter juga bertujuan meminimalisasi pencurian motor yang kerap meningkat saat Ramadan.

BACA JUGA: Mahasiswa Tewas Ditikam saat Nonton Dangdutan

Antisipasi itu terlihat efektif. Sebulan menjelang Ramadan hingga libur Lebaran, Surabaya terbebas dari aksi perampokan. Polisi meyakini para perampok tiarap karena ruang gerak mereka dibatasi. Ditambah lagi, sepanjang Mei hingga awal Juni, polisi telah menembak mati sepuluh perampok. Ketegasan polisi tersebut membuat mereka memilih berdiam diri di rumah.

Nah, saat perampokan surut, di jalanan Surabaya malah marak aksi perampasan motor sepanjang Ramadan. Para pelakunya terbilang sangat sadis. Mereka tidak segan melukai korban meski tidak melawan. Jika korban melawan, tingkah para pelaku semakin brutal.

Misalnya, dua kasus perampasan motor di Jalan Ir Soekarno atau middle east ring road (MERR). Dalam dua kasus itu, jatuh tiga korban. Dua orang mengalami luka berat dan satu orang harus meregang nyawa. Peristiwa pertama terjadi pada 6 Juli yang menimpa Zulfitri Almas. Mahasiswi 21 tahun tersebut tidak hanya kehilangan motor Honda Beat nopol L 6238 TE, tapi juga menderita empat luka bacokan senjata tajam di lengan kanan dan leher.

Yang kedua terjadi pada 19 Juli yang dialami Arya Adwitya dan Nurrizal Tsami. Arya menderita luka serius karena dibacok para pelaku, sedangkan Nurrizal meninggal dunia karena dihujani bacokan saat berupaya melawan.

Kamis lalu (31/7) juga terjadi perampasan sepeda motor dengan korban laki-laki di depan SMAN 17 kawasan Rungkut Asri. Sebuah motor Mio putih dibawa kabur. Namun, korban tidak melapor.

Ketika para perampok kelas kakap tiarap, lantas siapa yang melakukan aksi perampasan motor itu? ”Pelakunya adalah penjahat baru yang usianya masih muda-muda. Namun, mereka ini bekerja dengan penjahat kawakan dan aksinya sangat sadis,” beber Sumaryono.

Polisi menyebut mereka generasi baru penjahat jalanan yang dimentori langsung para bromocorah yang kenyang pengalaman keluar-masuk penjara. ”Para penjahat kawakan seperti melakukan regenerasi dan ini yang harus kami serta masyarakat waspadai. Termasuk selepas Lebaran,” ujar Sumaryono.

Generasi baru penjahat? Bisa jadi memang seperti itu. Berdasar hasil pengungkapan polisi, mereka yang tertangkap memang masih sangat muda. Polisi mengidentifikasi mereka dari tiga kelompok. Yakni, kelompok Bangunsari yang dikendalikan seorang residivis bernama Rohman, komplotan Madura–Bulak–Semampir yang dipimpin Sonindo, dan kelompok Pasuruan.

Salah satu yang sukses dibongkar adalah kelompok Bangunsari. Ada tiga bandit muda yang diringkus. Masing-masing bernama M. Hariyanto, 20, asal Dupak Pasar Baru; Andik, 23, warga Dupak Pasar Baru; dan Adi Budi, 20 yang tinggal di Lasem Barat. Mereka diamankan pada 12 Juli lalu. Kepada penyidik, mereka mengaku bekerja dengan ”orang-orang tua”. ”Kami diajak Cak Man (Rohman, Red). Kami bertugas menjadi joki. Saat eksekusi pertama dan kedua, kami diminta melihat caranya,” aku Hariyanto yang diamini Adi, dua pelaku yang sudah ditangkap polisi.

Hariyanto cs sudah lima kali merampas motor. Dua kali berlangsung di kawasan kampus Unesa Lidah Wetan, lalu di Jalan Ahmad Yani, Bundaran Waru, dan Tugu Bambu Runcing. Di aksi ketiga, mereka tidak lagi menjadi penonton, tapi turut berperan melakukan kekerasan terhadap korban.

”Sebelum kerja, kami biasanya minum-minum dulu. Setelah itu, kami jalan. Kami mau diajak kerja karena mendapat bagian. Biasanya, dapat Rp 350 ribu dan paling sedikit Rp 150 ribu,” ungkap Hariyanto. Dia menambahkan, selama ini mereka hanya bekerja di jalan. ”Urusan melempar (menjual, Red) barangnya ya mereka yang tua-tua,” imbuh Adi. (mas)

Pengakuan tidak jauh berbeda diutarakan tiga bandit muda komplotan Madura yang diamankan Polsek Gubeng, 20 Juli lalu. Ketiganya adalah M. Soni, 20, warga Jalan Nyamplungan, Surabaya; Fausi, 25, warga Tragah, Bangkalan; dan Hariyanto, 19, warga Kedundung, Sampang. Mereka juga menyebut ”bekerja” berkelompok sebanyak enam orang.

Eksekutornya disebut bernama Sonindo yang juga memimpin kelompok tersebut. Sementara itu, mereka bertugas sebagai joki sekaligus membantu mengeroyok. Tugas lainnya memepet korban. ”Kalau korbannya melawan, ya disabet,” ujar Soni dengan entengnya.

Komplotan tersebut telah beraksi enam kali. Salah satunya percobaan perampasan motor Kawasaki Ninja di Jalan Karah pada 14 Juli lalu. Ketika itu mereka berusaha merampas motor dengan menyabetkan pisau ke lengan kanan korban. Tapi, aksi itu gagal karena korban tancap gas.

Sebelumnya mereka juga merampas motor Ninja di Gubeng dan Honda Beat di Jalan Raya Kertajaya. ”Dari hasil pemeriksaan, mereka ini sepertinya memang sengaja diajari. Jika sudah mahir, nanti mereka tidak lagi didampingi. Sebab, yang tua-tua hanya bertugas melempar hasil curian,” kata Sumaryono menganalisis.

Perwira polisi asal Surabaya itu menambahkan, komplotan bandit-bandit muda tersebut umumnya terdiri atas enam hingga sembilan orang. Secara garis besar, ada tiga kelompok. Tapi, di luar kelompok itu, juga ada kelompok-kelompok kecil yang terkoneksi dengan tiga kelompok tersebut. Misalnya, kelompok Rosul, 20, asal Dukuh Setro yang diamankan Polsek Mulyorejo pada 16 Juni lalu. Atau kelompok Lutfila Adiatmika, 20, dari Tempel Sukorejo yang dicokok Polsek Genteng, 20 Juli lalu.

”Generasi baru ini saling mengisi saat bertemu di jalan. Kami berusaha maksimal untuk menindak tegas mereka. Sebab, jika dibiarkan berkeliaran, mereka akan semakin nekat,” tegas Sumaryono.(fim/eko/c6/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alasan Ambil HP, Masuk Kamar Pacar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler