Penjelasan BPPTKG soal Erupsi Besar Gunung Merapi, Waspada

Rabu, 27 Januari 2021 – 19:59 WIB
Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (27/1/2021). Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj

jpnn.com, YOGYAKARTA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat Gunung Merapi telah mengeluarkan awan panas guguran (APG) sebanyak 36 kali berdasarkan pengamatan sejak pukul 00.00 WIB hingga 14.00 WIB, Rabu (27/1).

Awan panas dari Gunung Merapi itu dilaporkan dengan jarak luncur antara 500 hingga 3.000 meter dari kawah puncak.

BACA JUGA: Lihat, Penampakan Awan Panas Gunung Merapi

APG tersebut mengarah ke barat daya atau menuju ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong. Aktivitas tersebut juga tercatat di seismograf di amplitudo antara 15-60 milimeter dan durasi selama 83-197 detik.

Menyusul adanya erupsi Gunung Merapi tersebut, Kepala BPPTKG Hanik Humaira mengatakan aktivitas Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi efusif.

BACA JUGA: Serahkan Tongkat Komando kepada Listyo Sigit, Jenderal Idham Dua Kali Mengucap Maaf, Menyentuh

Pada fase itu, pertumbuhan kubah lava terus meningkat dan disertai adanya guguran lava dan awan panas guguran, sebagaimana menurut pengamatan yang dilakukan sejak Senin (4/1) dan terus berlangsung hingga hari ini.

"Sejak tanggal 4 Januari 2020 Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi yang bersifat efusif atau yang kita kenal juga sebagai Tipe Merapi, yaitu erupsi dengan pertumbuhan kubah lava kemudian disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran,” jelas Hanik Humaira melalui siaran pers video, Rabu.

BACA JUGA: Panja Pengangkatan Guru Honorer dan Tendik Jadi PNS Terbentuk, Ini Target Komisi X

Dia juga melaporkan adanya dampak awan panas guguran, yakni berupa hujan abu vulkanik dengan intensitas tipis di beberapa desa di Kecamatan Tamansari di Kabupaten Boyolali dan Kota Boyolali, Jawa Tengah.

Hanik mengimbau agar masyarakat tidak melakukan kegiatan di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III dengan jarak 5 kilometer dari puncak pada alur Kali Krasak, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Bebeng dan Kali Putih.

Guna mengurangi risiko dari dampak abu vulkanik, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar mengenakan masker hingga menutup sumber atau penampungan air.

“Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di daerah yang direkomendasikan, serta mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik seperti menggunakan masker, menggunakan kacamata dan menutup sumber air," imbaunya.

Selain awan panas guguran dan abu vulkanik, ancaman lain yang berpotensi terjadi adalah adanya lahar dingin, mengingat saat ini sebagian wilayah Indonesia memasuki musim penghujan.

Karena itu Hanik meminta agar masyarakat selalu waspada apabila terjadi hujan di kawasan puncak Gunung Merapi.

“Masyarakat juga perlu mewaspadai bahaya lahar dingin, terutama saat terjadi hujan di puncak merapi,” pintanya.(fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler