jpnn.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyatakan bahwa pemerintah menganggarkan dana Rp 695,2 triliun untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tahun ini.
Menurutnya, program PEN akan dilanjutkan pada 2021 meski anggarannya tak sebesar tahun ini.
BACA JUGA: Vaksin Covid-19 Belum Jelas, Bu Menkeu Sebut Pertumbuhan Ekonomi Tahun Depan 4,5-5,5%
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyampaikan hal tersebut pada rapat paripurna DPR RI yang membahas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) 2021 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (1/9).
BACA JUGA: Sri Mulyani Ubah Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2020, Makin Tidak Sedap
Ani -panggilan akrabnya- mengatakan, PEN mencakup bidang kesehatan, perlindungan sosial, sektoral kementerian/lembaga dan pemda, UMKM, insentif usaha, hingga korporasi. "Dengan anggaran sekitar Rp 695,2 triliun," katanya.
Mantan Direktur Pelaksana World Bank itu menambahkan, PEN akan dilanjutkan pada 2021. Namun, anggaran PEN untuk tahun depan hanya Rp 336,5 triliun.
BACA JUGA: Proyeksi Defisit APBN 2021 Dekati Rp 1.000 Triliun, Mbak Puan Ingatkan Pemerintah soal Utang
Teknokrat lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menambahkan, penurunan anggaran PEN untuk 2021 didasarkan pada perkiraan biaya untuk penanganan pasien COVID-19 yang akan jauh berkurang dibandingkan tahun ini. Selain itu, fokus pemerintah pada 2021 pada penyediaan vaksin.
Kendati demikian, Sri Mulyani menegaskan bahwa anggaran kesehatan untuk tahun depan mencapai 6,2 persen dari APBN 2021. Menurutnya, besaran itu di atas amanat UU Kesehatan yang hanya 5 persen dari APBN.
Pada kesempatan sama Sri Mulyani juga memerinci beberapa faktor utama yang akan menjadi fokus pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021.
Beberapa faktor yang berpengaruh itu ialah keberhasilan penanganan pandemi COVID-19 termasuk upaya riset vaksin, kondisi pemulihan kinerja perekonomian global, upaya reformasi struktural untuk kemudahan usaha serta dukungan kebijakan fiskal yang bercorak countercyclical termasuk melalui lanjutan program PEN.
"Pemerintah berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 sampai 5,5 persen cukup realistis dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut," pangkasnya.(MCR2/JPNN)
Redaktur & Reporter : Rizki Sandi Saputra