Penjelasan Ferdinand soal Twit Allahmu dan Allahku, Simak Kalimat Terakhir

Rabu, 05 Januari 2022 – 11:23 WIB
Ketua Yayasan Keadilan Masyarakat Mandiri Ferdinand Hutahaean. Ilustrasi Foto/dok: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Yayasan Keadilan Masyarakat Mandiri Ferdinand Hutahaean buka suara soal twit-nya tentang Tuhan yang dinilai sebagian kalangan sebagai penistaan agama.

Twit Ferdinand itu menjadikan tagar #TangkapFerdinand trending di Twitter pada Rabu (5/1).

BACA JUGA: Tagar #TangkapFerdinand Trending, Ferdinand Hutahaean Bereaksi

Dalam unggahannya pada Selasa (4/1), Ferdinand menuliskan kalimat begini:

"Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, DIA lah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela".

BACA JUGA: Ada 2 Kata Tertulis di Paket Kepala Anjing yang Dikirim ke Pesantren Habib Bahar

Namun, twit pada akun @FerdinandHaean3 itu telah dihapus oleh Ferdinand.

Berikut penjelasan lengkap Ferdinand Hutahaean ketika dikonfirmasi JPNN.com mengenai twitnya itu:

BACA JUGA: Chandra Sebut Twit Ferdinand Offside, Diduga Penistaan Agama

Ya, jadi, itu begini ya.

Orang saja yang terlalu sensitif, terlalu menafsirkan apa yang saya cuit itu sebagai sesuatu yang salah dan menuduh pihak tertentu, padahal sama sekali tidak demikian.

Jadi, apa yang saya twit kemarin adalah terkait dengan kondisi saya. Itu dialog antara pikiran dan hati saya.

Ketika saya down, kan, tidak perlu saya harus bercerita di Twitter? Namun, saya mencoba menuliskannya di Twitter sebagai penyemangat, sebagai pelampiasan, penyaluran apa yang sedang saya rasakan.

Bahwa kemarin, saya (bikin twit), itu dialog, ya, dialog antara pikiran dan hati saya.

Ketika saya down, berkecamuk dalam pikiran saya, pikiran saya berkata, hei Ferdinand, kau harus bangkit, kau bela Tuhanmu, kau bela Allahmu, tetapi hati saya bilang, tidak, tidak perlu kau bela Allahmu, karena Allahmu maha kuat.

BACA JUGA: Honorer Disingkirkan dengan Dalih Anggaran, Politikus PDIP Ini Bereaksi Keras

Itulah saya bicara antara hati dan pikiran saya.

Kemudian, pikiran saya berkata kepada hati saya, saya tidak perlu membela.

Jadi, itu adalah dialog antara hati dan pikiran saya ketika saya sedang down.

Saya, apa perlu saya harus bercerita sedang down di Twitter? Kan, tidak perlu.

Jadi, orang-orang saja yang terlalu sensitif seolah-olah saya menuduh dia, menuduh kelompok tertentu, padahal tidak. Saya sedang bicara dengan diri saya sendiri.

Namun, apa pun itu, namanya media sosial, trending, ramai.

Ya, kalau merasa ada yang tersinggung, ya, saya minta maaf, tetapi saya tidak ada menuduh orang lain, tidak ada menuduh agama tertentu, menuduh kelompok tertentu, tetapi saya sedang bicara dengan diri saya sendiri.

Saya pikir, orang-orang saja yang terlalu sensitif memaknainya. Seolah-olah, Tuhan, itu, Allah, itu hanya punya dia sendiri. (fat/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler