Penjelasan Pakar Soal BPA dan Bahasannya Agar Masyarakat Tidak Salah Kaprah

Rabu, 06 Desember 2023 – 23:21 WIB
Anguis Institute for Health Education Bersama Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (LR-IDI) mengadakan Diskusi BPA Session dengan tema “How to Understand BPA Information Correctly” Rabu (6/12). Foto: Dok LR-IDI

jpnn.com, JAKARTA - Beberapa waktu terakhir isu terkait Bisphenol A (BPA) beredar di banyak lini masa media sosial seperti tiktok, instagram dan lainnya.

Informasi yang disampaikan cenderung tidak bertanggungjawab dan membuat bias informasi bagi masyarakat luas.

BACA JUGA: Soal BPA dalam AMDK, Pakar: Masyarakat Jangan Ditakut-takuti

BPA adalah zat kimia dasar yang tidak terlepas dari keseharian kita baik itu barang pakai maupun konsumsi produk makanan dan minuman.

Salah satu jenis plastik yang umum digunakan adalah plastik polikarbonat dan resin epoksi.

BACA JUGA: Pakar IPB: Hati-Hati Klaim BPA Free, Ada Senyawa Berbahaya Lain yang Disembunyikan

Produk-produk berbasis BPA terdiri atas sumber makanan (Dietary Sources) dan sumber bukan makanan (Nondietary Sources) seperti : botol plastik, botol bayi, mainan anak, kemasan air minum, tempat makan, lensa kacamata, pelapis makanan kalengan, disket CD, perangkat otomotif, perlengkapan sport dan juga beberapa peralatan medis.

Bahan utama pembuatan plastik polikarbonat adalah senyawa BPA. Isu yang beredar menyatakan bahwa ada kaitan antara BPA dengan beberapa penyakit di antaranya adalah: gangguan hormonal, obesitas dan kardiovaskuler, kanker, gangguan perkembangan dan syaraf anak, infertilitas serta kelahiran prematur.

BACA JUGA: Ahli Teknologi Plastik: Ada Disinformasi soal BPA

Padahal setelah ditelusuri secara literatur antara isu seperti yang disampaikan di atas dan fakta studi yang ada belum dapat dipastikan hubungan kausalitasnya.

Untuk itu Anguis Institute for Health Education Bersama Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (LR-IDI) mengadakan Diskusi BPA Session dengan tema “How to Understand BPA Information Correctly” Rabu (6/12).

Menurut panelis Pakar Polimer ITB, Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc, PhD, reaksi dari bahan beracun seperti BPA dan Phosgene setelah di proses menjadi polikarbonat adalah senyawa yang aman karena merupakan polimer, sifat kimianya berubah, tidak seperti komponen penyusunnya serta aman dan cenderung tidak reaktif.

Migrasi BPA dari wadah makanan dan minuman bisa saja terjadi pada kondisi sebagai berikut: Kondisi kemasan yang rusak, Kontak langsung antara makanan dan kaleng, Makanan dengan lemak tinggi, Kemasan yang lebih tipis, waktu kontak dan Kemasan makanan yang mengalami peningkatan suhu.

Dr. Karin Wiradarma, M.Gizi, Sp.GK menyampaikan bahwa metabolisme BPA dalam tubuh manusia setelah diserap oleh saluran cerna, BPA akan ditranspor ke hati.

Sebesar 90 persen bentuk tidak aktif dan selanjutnya akan dikeluarkan melalui urin dan feces, sedangkan 10 persen merupakan bentuk aktif yang memberikan pengaruh negative pada tubuh.

Namun, mengingat jumlahnya sangat kecil dibandingkan batas yang ditetapkan oleh berbagai lembaga pengawasan makanan dan minuman dunia, BPOM di Indonesia maka kiranya masih dibutuhkan kajian ilmiah lebih lanjut dalam hubungannya dengan kesehatan manusia.(ray/jpnn)


Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler