Ahli Teknologi Plastik: Ada Disinformasi soal BPA

Rabu, 25 Oktober 2023 – 16:53 WIB
Pakar teknologi plastik Wiyu Wahono menyayangkan  sejumlah hoaks terkait bahaya bisphenol A (BPA) dalam galon berbahan polikarbonat (PC). Foto source for JPNN.com

jpnn.com - Ahli teknologi plastik Wiyu Wahono menyayangkan sejumlah hoaks terkait bahaya bisphenol A (BPA) dalam galon berbahan polikarbonat (PC).

Narasi hoaks yang dia maksud berkaitan dengan bahaya BPA dalam galon PC yang disebut-sebut dapat mengganggu kesehatan manusia. Mulai reproduksi hingga gangguan kehamilan dan janin serta kanker. 

BACA JUGA: BPA Picu Masalah Janin dan Perkembangan Anak, Begini Cara Mencegahnya

Sementara, dalam narasi lainnya menyebutkan bahwa kemasan galon paling aman berbahan polyethylene terephthalate (PET).

"Jadi, seakan-akan PET itu aman, itu disinformasi yang entah dengan tujuan apa," kata Doktor sains teknologi plastik dari Universitas Teknologi Berlin di Jerman itu dalam keterangannya, Rabu (25/10).

BACA JUGA: Penelitian Ilmiah di Makassar Buktikan AMDK Galon Aman, Tak Ada Migrasi BPA

Wiyu mengatakan sebenarnya kemasan apa pun termasuk yang berbahan polyethylene terephthalate (PET) memiliki potensi bahaya bagi kesehatan.

Oleh sebab itu, organisasi kesehatan di setiap kawasan atau negara mengatur ambang batas toleransi dari paparan kemasan pangan.

BACA JUGA: Honorer K2 & Tekon Turun ke Jalan Lagi, Ada Kotak Sumbangan, UU ASN 2023 Mencuat 

Menurutnya selama ini para pengguna galon guna ulang yang didiskreditkan mengandung BPA juga tidak pernah mengalami gangguan kesehatan apa pun. Artinya, galon tersebut memang aman untuk dijadikan kemasan pangan sehingga tidak perlu dipermasalahkan.

Dosen teknologi plastik di salah satu kampus di Jerman itu menyayangkan keberadaan isu bahaya BPA yang dihembuskan. Menurutnya hal tersebut hanya akan menebar ketakutan dan membuat masyarakat bingung.

Dia melanjutkan bahwa sebenarnya memang terjadi migrasi senyawa kimia dalam kemasan pangan plastik apapun, termasuk galon PET dan PC. Namun, dia menekankan bahwa migrasi yang terjadi masih dalam batas aman dan mampu diolah dan dikeluarkan oleh tubuh.

Dia menerangkan, dalam galon PC, paparan BPA yang masuk ke dalam tubuh dikeluarkan sekitar 2 hingga 4 jam sekali melalui urine atau zat sisa. Sedangkan paparan antimon, asetaldehida dalam galon PET baru bisa diproses oleh tubuh dalam waktu 93 jam.

"Namun, tetap tidak akan terjadi akumulasi. Kalau akumulasi itu artinya menumpuk terus enggak keluar dan ini tidak terjadi. Kalau stibium (antimon) ini saya tidak tahu, tetapi kalau BPA ini yang tidak terjadi akumulasi," tuturnya 

Dia melanjutkan penelitian terkait BPA yang dilakukan oleh organisasi kesehatan Eropa (EFSA) dan Amerika Serikat (FDA) dilakukan dengan mengambil sampling pada hewan. Sehingga, sambung dia, tidak cocok apabila dampak yang terjadi pada hewan diterapkan langsung ke manusia.

Wiyu mengungkapkan, Eropa tidak melarang kemasan PC hanya kemasan yang mengandung BPA kecuali yang melebihi ambang batas aman. Artinya, sambungnya selama masih di bawah tolerable daily intake (TDI) alias ambang batas aman masih boleh dipergunakan.

Menurut dia, kemasan ber-BPA pada perlengkapan bayi dilarang mengingat TDI mereka yang kecil. TDI dihitung mengacu pada berat badan setiap konsumen. Pada orang dewasa dapat disimpulkan harus mengonsumsi 48 liter air atau dua galon perhari agar BPA benar-benar berdampak bagi tubuh.

Sementara, pada botol atau dot bayi selalu dipanaskan atau diuapkan sekitar 30 menit hingga 1 jam sebelum digunakan. Suhu pemanasan tersebut bisa mencapai 100 derajat celsius sehingga berpotensi besar menyebabkan migrasi BPA dari botol ke pangan.

Galon berbahan PC dipilih sebagai kemasan AMDK lantaran memiliki kekuatan dan lebih ramah lingkungan karena dapat dipakai kembali. Wiyu mengatakan paparan BPA dalam galon PC atau isi ulang juga terus menciut saat dipergunakan kembali.

"Jadi, kalau dibuka (google) lebih banyak disinformasi (terkait BPA) daripada yang benarnya," katanya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ada Twit Umpatan di Akun Jimly, Lalu Dihapus


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler