jpnn.com - SURABAYA – Usaha menghidupkan pasar induk Puspa Agro mengalami kendala berat. Terutama keterbatasan infrastruktur. Itu terjadi karena kemacetan lalu lintas di kawasan Taman Sidoarjo.
Karena itu, BUMD Jawa Timur tersebut berupaya memperkuat divisi trading house.
BACA JUGA: Istimewa, Jumlah Usaha Naik 57 Persen
Sepanjang Januari–Juni tahun ini, penjualan produk pertanian dan perikanan yang diperantarai trading house Puspa Agro mencapai 9.677 ton atau senilai Rp 83,98 miliar.
Dirut Puspa Agro Abdullah Muchibuddin mengakui, tidak mudah menghidupkan pasar induk karena berbagai kendala, terutama minimnya infrastruktur. Berdasar pengalaman Thailand dan Australia, dibutuhkan waktu 20 tahun untuk menghidupkan pasar induk.
BACA JUGA: Angkut BBM ke Papua, Pertamina Siapkan Pesawat Khusus
Sambil menunggu peningkatan infrastruktur pasar induk, Puspa Agro melakukan percepatan melalui trading house atau menjadi perantara produsen dan jaringan pemasaran.
Komoditas dapat langsung dikirim ke konsumen tanpa perlu dibawa ke pasar induk. ’’Dengan demikian, kami tetap bisa menyerap hasil panen petani, nelayan, dan peternak di Jatim,’’ katanya.
BACA JUGA: Wuih...Presiden Serbia Resmikan Pabrik Indomie di Indjija
Hingga akhir tahun ini, Puspa Agro menargetkan serapan hasil panen Rp 150 miliar atau meningkat 100 persen jika dibandingkan dengan realisasi 2015. Upaya yang dilakukan adalah memperluas jaringan pemasaran. Khususnya supermarket, hipermarket, dan katering.
Puspa Agro juga menggandeng Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk perluasan pasar, distribusi barang-barang pangan, serta hasil pertanian. BUMN tersebut memiliki jaringan distribusi dan pergudangan di seluruh Indonesia. (res/c5/noe/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebut Ekspansi, Siloam Rights Issue Rp 1,3 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi