Seorang ilmuwan politik Jerman yang sudah pensiun dikenai tuduhan melakukan tindak mata-mata untuk Tiongkok. Ia diduga telah menggunakan kontak politik yang dimilikinya saat menjalankan sebuah lembaga.
Selasa kemarin (6/07), Kantor jaksa penuntut Federal Jerman mengatakan pria yang disebut bernama 'Klaus L', direkrut untuk menjadi mata-mata ketika memberikan kuliah di Shanghai di tahun 2010, setelah dia selama lebih dari 10 tahun memiliki sebuah lembaga 'think thank' yang tidak disebut namanya.
BACA JUGA: Balapan Formula 1 dan MotoGP di Melbourne Dibatalkan, Vaksinasi Rendah Jadi Alasan
Ilmuwan tersebut dituduh secara berkala memberikan informasi kepada staf intelijen Tiongkok menjelang kunjungan kenegaraan atau konferensi internasional sampai tahun 2019.
Menurut pihak jaksa penuntut, berbagai informasi datang dari "sumber-sumber politik tingkat tinggi" yang dikenalnya.
BACA JUGA: Warga Australia Berusia 40 Tahun ke Bawah Akan Mendapat Vaksin Moderna atau Pfizer
Pihak penuntut mengatakan perjalanannya untuk bertemu dengan pihak intelejen Tiongkok ditanggung oleh Tiongkok dan dia juga menerima bayaran atas informasi yang diberikannya.
Jaksa sudah memasukkan berkas perkara ke pengadilan di kota Munich pada bulan Mei.
BACA JUGA: Mentalitas Benteng Australia Berdampak Buruk Bagi Keberagaman Budaya
Jaringan televisi milik pemerintah Jerman, ARD, mengatakan Klaus L juga pernah menjadi mata-mata bagi dinas intelijen luar negeri Jerman, yakni BND, selama 50 tahun sebelum dia kemudian pensiun.
Mengutip sumber yang tidak disebut namanya, ARD melaporkan Klaus L pada awalnya mengatakan kepada BND mengenai kontak dengan pihak Tiongkok, namun tidak memberikan informasi tambahan sesudah itu.
ARD juga melaporkan Klaus L pernah bekerja dengan Yayasan Hanns-Seidel yang berbasis di Munich, organisasi yang memiliki kaitan dengan Partai Christian Social Union (CSU), partai yang menjadi mitra bagi partai CDU.
CDU adalah partai Kanselir Jerman Angela Merkel berasal.
Yayasan tersebut mengatakan mereka sudah bekerja sama dengan pihak berwenang sejak bulan Juni tahun lalu.
"Kemungkinan adanya pelanggaran lewat kegiatan intelijen adalah hal yang tidak bisa kami terima," kata juru bicara Yayasan Hanns-Seidel.
Ia menambahkan Klaus L sudah pensiun lebih dari 10 tahun lalu dan tidak pernah lagi mengadakan kontak lagi dengan mereka.
Pihak penuntut mengatakan hakim di kota Munich membuat keputusan agar pria tersebut dibebaskan, sementara kasusnya terus dilanjutkan.
ABC/wires
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menko Luhut Siapkan Skenario Meminta Tolong kepada Tiongkok