Pentagon Warning Pangkalan Militer

Harus Evaluasi Keamanan dan Mental Individu

Kamis, 19 September 2013 – 07:26 WIB

jpnn.com - WASHINGTON – Penembakan maut di markas Angkatan Laut (AL) pada Senin pagi lalu (16/9) memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat Amerika Serikat (AS). Tewasnya 13 orang, termasuk pelaku penembakan, dalam insiden tersebut memaksa pemerintah mengevaluasi kembali sistem keamanan yang berlaku.

 

Kemarin (18/9) Pentagon memerintahkan evaluasi keamanan secara serentak di seluruh pangkalan militer AS. Bukan hanya di dalam negeri, tetapi evaluasi itu juga dilakukan di markas militer AS di mancanegara. Selain sistem keamanan, kondisi mental tiap individu di kompleks militer tersebut dievaluasi. Termasuk, para pekerja kontrak dan relasi militer yang memiliki akses masuk ke pangkalan.

BACA JUGA: Jenderal Polisi Tewas Tertembak

’’Menteri Pertahanan Chuck Hagel memerintahkan evaluasi keamanan fisik dan akses individu ke seluruh fasilitas Departemen Pertahanan (DoD) di seluruh dunia,’’ kata seorang pejabat senior Pentagon. Sebelumnya, Presiden Barack Obama juga memerintahkan evaluasi keamanan terhadap seluruh pekerja kontrak pada badan-badan federal.

BACA JUGA: Militer Ancam Tembak Mati

Apalagi, sempat tersiar kabar bahwa AL sengaja melonggarkan keamanan terhadap para pekerja kontrak demi menghemat anggaran. Menurut kabar, para pekerja kontrak yang masih memiliki kartu tanda pengenal AL bisa bebas keluar masuk pangkalan. Konon, saat terjadinya penembakan pun, status pelaku sudah bukan pekerja kontrak. Tetapi, dia masih memiliki kartu tanda pengenal.

Aksi Aaron Alexis Senin lalu menyisakan banyak pekerjaan bagi pemerintahan Obama. Selain harus mengungkap motivasi di balik serangan yang merenggut 12 korban jiwa dan menewaskan si pelaku tersebut, aparat harus bisa mencegah terulangnya insiden semacam itu. Salah satu caranya adalah dengan membenahi sistem keamanan dan memperketat seleksi terhadap para pekerja kontrak.

BACA JUGA: Satu Pelaku Masih Diburu

’’Kini, setelah masa krisis terlewati dan mulai menapaki tahap penyelidikan, kita bisa berfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang harus segera kita jawab,’’ ungkap Ronald Machen, jaksa federal. Satu pertanyaan yang paling sering terlontar adalah motivasi pelaku. Yakni, alasan pria 43 tahun itu tiba-tiba melepaskan tembakan bertubi-tubi ke segala arah.

’’Apa yang mendorong pelaku membunuh begitu banyak pria dan wanita tidak berdosa? Bagaimana dia merencanakan dan melancarkan serangan tersebut? Bagaimana cara pelaku mendapat senjata api itu?’’ kata Machen. Untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci itu, pemerintah perlu menginvestigasi lebih dalam insiden tersebut.

Kemarin FBI mulai menelusuri latar belakang Alexis. Mulai kronologi kedatangannya ke Washington sampai detail aktivitas terakhirnya sebelum melancarkan serangan. ’’Kami memperoleh banyak informasi melalui wawancara, media digital, dan menelusuri semua petunjuk yang mengarah pada motif pelaku. Tapi, motif pelaku masih tetap misterius,’’ ujar Wakil Direktur FBI Washington Valeria Parlave.

Selain aparat penegak hukum dan kepolisian, parlemen AS sibuk mencari jawaban atas insiden yang juga melukai sedikitnya 14 orang tersebut. Kemarin Komite Angkatan Bersenjata DPR AS mengadakan hearing khusus tentang aksi penembakan itu. Hearing tersebut menghadirkan para petinggi militer. Salah seorang di antaranya adalah Ray Mabus, pimpinan tertinggi AL.

Parlemen menganggap keterlibatan para petinggi militer dalam hearing kemarin sangat penting. Mengingat, Alexis berkarir di AL sebelum menjadi pekerja kontrak bagian teknologi informasi. ’’Pelaku memang tidak memiliki karir yang cemerlang. Tapi, dia juga tidak pernah memiliki catatan buruk apa pun yang mengarah pada aksi brutal dan kejam seperti ini,’’ papar Jubir AL Laksamana Muda John Kirby. (AP/AFP/hep/c14/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Danone China Diselidiki karena Dugaan Suap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler