jpnn.com - TIMIKA - Pemerintah Kabupaten Mimika, Papua, akhirnya resmi memiliki sebuah helikopter. Heli itu mendarat perdana di apron baru Bandara Mozes Kilangin, Sabtu (30/7) lalu sekitar pukul 13.45 WIT sore.
Heli yang dibeli dengan harga sekitar Rp 43 miliar itu dikemudikan Capt. Irwan Budi Utama bersama Capt Deni Triatno dan Capt Bima Satria serta seorang teknisi yakni Rohny Fausi itu. Pendaratan perdana heli disambut secara sederhana oleh Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mimika, John Rettob bersama staf dan crew Asian One Air.
BACA JUGA: Gadis Lugu yang Diperkosa 25 Pria Itu Alami Infeksi
Helikopter tiba di Timika, setelah menempuh jam terbang selama 24 jam dari Pekanbaru melalui berapa bandara. Warna dan corak helikopter Airbus AS 350 B3E/H125 dengan serial number 8150 PK-LTA ini, sama dengan pesawat Cessna Grand Caravan yang juga dibeli Pemda Mimika.
Didominasi warna putih dengan corak garis berwarna kuning, biru merah lengkap dengan logo dan tulisan Pemerintah Kabupaten Mimika. Heli eksklusif ini hanya bisa memuat lima orang penumpang. Empat orang di bagian belakang dan satu orang di samping pilot. Heli ini memiliki power untuk external load bisa sampai 1,8 ton.
BACA JUGA: Nahas, Pasutri dan Putrinya Tewas Terlindas Bus
Capt Irwan Budi Utama mengatakan, selama perjalanan, tidak ada kekuarangan yang ditemui dari heli ini. Irwan sendiri sudah pernah terbang dengan helikopter serupa selama 2.000 ribu jam.
Menurutnya, helikopter jenis ini sangat efisien dalam maintenance dan lebih murah. Disebut efisien karena, engine yang digunakan sudah dimodifikasi dengan penempatan yang sangat simple. Kata dia, ini adalah tipikal pesawat Prancis yang mudah perawatan tapi powerfull. Dibanding pesawat Amerika banyak sekali kabel-kabelnya.
BACA JUGA: Sebulan di Penjara, Pencuri Apel itu Meninggal
Kemudian kemampuan angkutnya untuk ekternal cargo sangat baik bisa sampai 1,8 ton. Untuk ruang penumpang lebih nyaman untuk penumpang. Bisa terbang sampai 3.000 feet. Kebanyakan helikopter ini digunakan di New Zealand bahkan di kutub utara. “Sebutannya kalau di sana itu ski helikopter, dia drop orang main ski di ketinggian di atas 15 ribu,” kata Capt Irwan., seperti dilansir dari Radar Timika, Senin (1/8).
Menempuh perjalanan selama 24 jam dari Pekanbaru, Capt Irwan mengatakan bahwa semuanya berjalan aman hingga sampai tujuan. Tapi soal cuaca bagi dunia penerbangan itu hal yang lumrah, apalagi kondisi di Papua beberapa minggu terakhir tertutup awan. “Jadi ya waktu kami dari Ternate masuk Sorong kita kesulitan, waktu perjalanan dari Kaimana ke sini hanya sebagian saja,” kisahnya.
Dengan spesifikasi helikopter dengan panjang 5 meter seperti ini menurutnya sangat cocok digunakan di Papua, apalagi untuk menjangkau kampung-kampung. Jika pesawat Grand Caravan harus membutuhkan runway maka helikopter ini, cukup membutuhkan area seluas lapangan bola atau pun lapangan voli. “Any open area. Area terbuka kita bisa landing. Kita bisa take off vertical, tidak perlu potong pohon dan lain-lain cukup dua kali diameter,” tuturnya.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mimika, John Rettob sangat gembira saat helikopter tiba. Apalagi proses mendatangkan helikopter ini terbilang panjang dan memakan waktu yang cukup lama.
Menurutnya, proses paling lama saat pengurusan di Kementerian Perhubungan. Karena dari pihak produsen yakni Airbus di Malaysia sudah menyelesaikan pembuatan pesawat pada Desember 2015 lalu. sudah ready untuk take off. Adanya nomor registrasi dari Malaysia, dilakukan test flight pada Januari 2016. Semuanya sudah oke. “Mereka tanya kapan ambilnya, tapi kita tunggu Kementerian,” katanya.
Sambil menunggu adanya izin dari Kemenhub, Pemda bersama operator melakukan training pilot dari Maret sampai April. Sesudah itu sudah siap take off, tapi ternyata belum bisa lantaran izin Kemenhub belum diterbitkan.
Dan pada 6 Juni 2016 sambungnya, pesawat terbang ke Pekanbaru. Dilakukan perubahan sertifikasi registrasi dan sertifikasi kelayakan terbang dari Malaysia ke Indonesia. “Itu lama. Sampai proses pajak, custome dan kita perkirakan dua minggu lalu baru selesai, ternyata molor juga seminggu,” ujar John Rettob.
Jadi tujuh bulan waktu itu digunakan hanya untuk mendapatkan sertifikasi dan registrasi dari Kemenhub. “Tapi lega rasanya, akhirnya tiba di Timika,” tandas John Rettob. (sun/adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 10 Juta Jiwa Belum Dapat JKN
Redaktur : Tim Redaksi