WASHINGTON – Jadwal penerbangan pesawat yang mengalami penundaan (delay) maupun pembatalan tak hanya mmebuat penumpang tak nyamanHasil penelitian Federal Aviation Administration (FAA) menunjukkan, pesawat yang mengalami penundaan dan pembatalan mengakibatkan kerugian hingga US 16,7 miliar (sekitar Rp 158 triliun).
Dikutip dari The Washington Post yang dilansir Associated Press, Selasa (19/10), studi pada 2007 yang didanai FAA difokuskan pada biaya yang harus ditanggung penumpang akibat keterlambatan dan pembatalan penerbangan
BACA JUGA: Demonstrasi Anti-Jepang Meningkat
Tidak seperti penelitan sebelumnya tentang dampak keterlambatan pesawat, para peneliti memperluas penelitian tentang dampak-dampak yang terkait langsung.Termasuk di dalamnya adalah biaya yang harus ditanggung akibat terbuangnya waktu ketika menunggu penerbangan yang tertunda, serta upaya untuk membuat janji baru akibat pembatalan penerbangan
BACA JUGA: Kejar Gelar Doktor di Usia 100 Tahun
Secara keseluruhan, ada kerugian yang ditanggung maskapai hingga US 33 miliar termasuk untuk biaya ekonomi lainBiaya-biaya itu sepertinya lebih rendah dalam tiga tahun terakhir, seiring melemahnya perekonomian
BACA JUGA: Gelar Pemilu, Myanmar Tolak Pengamat Asing
Perjalanan dengan transportasi udara mengalami puncaknya di tahun 2007, sebelum akhirnya perekonomian dunia surut.Demikian pula dengan keterlambatan penerbangan dan pembatalanBiro Statistik Transpoirtasi AS mencatat, di tahun 2007 terdapat 1,3 juta penerbangan domestik yang mengalami keterlambatan dan 119 ribu penerbangan mengalami pembatalan.
Tahun lalu, 85 ribu penerbangan mengalami keterlambatan, sementara 63 penerbangan dibatalkanGuru besar teknik sipil dan lingkungan di Universitas Barkeley, California yang memimpin penelitian FAA, Mark Hansen, meyakini bahwa tahun 2007 merupakan tahun yang representatif untuk diteliti"Sejak kita berpikir bahwa lemahnya perekonomian bukanlah hal yang permanen," ucapnya.
Akan selalu ada penerbangan yang mengelami keterlambatan karena masalah teknik ataupun cuacaNamun itu bisa secara signifikan dikurangi dengan memperluas kapasitas bandara dan kontrol lalu lintas udara.
Diberitakan pula, kini FAA tengah berkutat pada persoalan untuk memodernisasi sistem kontrol lalu-lintas udara, untuk menggantikan radar era Perang Dunia II dengan teknologi satelitProgram ini diperkirakan menyedot anggaran hingga US 40 miliar baik dari pemerintah maupun industri penerbanganMenurt FAA, program itu diperlukan untuk antispasi permintaan perjalanan udara yang lebih besar.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pesimistis Temukan 11 Penambang
Redaktur : Tim Redaksi