jpnn.com, CHEMNITZ - Aksi massa di Chemnitz, Jerman, berakhir ricuh Sabtu (1/9) waktu setempat. Sebagian demonstran dari kelompok ekstremis sayap kanan bentrok dengan polisi.
Sembilan orang mengalami luka-luka. Aksi tersebut dipicu kebijakan imigrasi Kanselir Jerman Angela Merkel yang terbuka terhadap imigran.
BACA JUGA: Italia Buka Pintu, Pengungsi Akhiri Mogok Makan
Kelompok sayap kanan tentu tak menginginkan kebijakan itu. Terlebih setelah insiden penusukan warga Jerman oleh dua pencari suaka akhir Agustus lalu. Dua pelaku sudah ditangkap. Namun, sebagian warga tak puas.
Sebagian lagi justru mendukung kebijakan tersebut. Sebagaimana dilansir Reuters, ada 8 ribu warga yang turun ke jalan. Sekitar 4.500 orang berasal dari kelompok oposisi yang menentang Merkel. Di antaranya, partai yang terkenal anti-imigran, Alternative for Germany (AfD), dan kelompok anti-Islam Pegida.
BACA JUGA: Jerman Krisis Perawat Panti Jompo
Para pendukung Merkel menilai AfD sengaja memanfaatkan situasi dan insiden penusukan itu untuk menggalang dukungan.
''Kami tidak akan membiarkan ekstremis sayap kanan menghancurkan demokrasi dan negara kami,'' cuit Cem Oezdemir, anggota parlemen dari Partai Green. Dia juga ikut dalam aksi tersebut dan mengunggah foto-fotonya bersama massa.
BACA JUGA: Ditelantarkan, Imigran Gelap Mati Lemas di Dalam Kontainer
Kebijakan Merkel untuk menerima suaka dari Syria, Iraq, dan Afghanistan sejak 2015 mengubah lanskap politik dan sosial di Jerman. Pro dan kontra terus bermunculan. Merkel tetap kukuh dengan keputusannya. (sha/c18/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Piala Dunia 2018: Bintang Persib Senang Korsel Tekuk Jerman
Redaktur & Reporter : Adil