jpnn.com - JAKARTA - Penyakit kaki gajah atau pembengkakan pada bagian kaki, tangan atau tubuh adalah penyakit menular yang disebabkan cacing filaria.
Cacing itu hidup dalam saluran dan kelenjar getah bening (limfe) yang bisa menyebabkan gejala akut dan kronis.
BACA JUGA: Politikus PDIP Ingatkan Pemerintah Tak Berlebihan Tafsirkan UU Minerba
Gejala akut yang berulang dan kronis yang menetap sangat menurunkan kualitas sumber daya manusia serta produktifitas penderita karena tidak bisa bekerja secara optimal.
Penyakit kaki gajah saat ini masih dianggap sebagai akibat guna-guna atau kutukan, sehingga penderita kerap diasingkan, dikucilkan.
BACA JUGA: Mendagri Tegaskan Tidak, Perempuan Ini Bilang Harga Mati
Padahal apabila tidak ditangani secara tepat bisa menimbulkan kecacatan permanen. Bahkan, bila dibiarkan bertahun-tahun bengkaknya bisa menjadi sangat besar.
Sehingga orang tersebut tidak bisa bergerak karena kaki, tangan dan skrotum (alat kelamin pria) pun menjadi membesar. Penyakit ini banyak terdapat pada wilayah tropis.
BACA JUGA: Bu Susi Heran...Itu Besar Sekali!
Penderitanya semakin menderita karena diasingkan. Inilah kekeliruan stigma mengenai penyakit kaki gajah.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan drg. R. Vensya Sitohang menjelaskan, jika ditemukan penderita penyakit kaki gajah di satu tempat, maka ada kemungkinan terjadi penularan pada warga lainnya.
Secara teori epidemiologi, sebetulnya sudah ada 10 orang yang menunjukkan gejala awal, tapi mungkin tidak diketahui. Bahkan 100 orang sudah mungkin menjadi potensial menular.
“Informasi ini sangat dibutuhkan oleh para penderita agar segera menghubungi petugas kesehatan, sehingga penyebaran penyakit kaki gajah tersebut dapat diatasi,” ujar drg. Vensya
Dia menerangkan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.
Jadi secara teknis, setelah nyamuk menusuk kulit manusia kemudian mengeluarkan larva yang ada di mulutnya kemudian masuk dalam tubuh manusia.
Kemudian larva yang masuk mengikuti sirkulasi di dalam tubuh, ke kelenjar limfe dan menimbulkan benjolan.
Larva akan menetap di dalam kelenjar limfe, cairannya menjadi tersumbat. Karena tersumbat, terjadilah bendungan.
Bendungan yang terus menerus, akhirnya membuat kaki membesar dari telapak kaki sampai dengan ke paha.
"Nah, nyamuk apa saja? Ini yang unik, karena bukan seperti penyakit yang lainnya. Misalnya, nyamuk anopheles hanya membawa penyakit malaria, nyamuk aedes misalnya membawa demam berdarah, chikungunya atau zika dan sebagainya. Kalau penyakit kaki gajah, seluruh jenis nyamuk bisa membawa penyakit ini," jelasnya.
Menurut Anggota Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia (KAPFI) Prof. dr. Saleha Sungkar, mikro filaria beredar di malam hari, maka penularannya juga di malam hari.
"Nyamuk yang menghisap darah di malam hari itu siapa? Nyamuk anopheles, nyamuk culex, nyamuk aedes, nyamuk yang malam menggigit kita, itulah yang menularkan filaria," ungkapnya.
"Uniknya, karena mikro filaria keluarnya malam, jadi kalau kita periksa darah di siang hari maka tidak ketemu mikro filarianya. Jadi kalau malam hari kita lakukan pemeriksaan, maka akan ketemu mikro filarianya kalau orang itu positif," sambungnya.
Cacing filaria pun beragam. Jika disebabkan cacing filaria wuchereria bancrofti atau kalau filaria brugia maka pembengkakannya terjadi di telapak kaki sampai dengan lutut.
Jika disebabkan cacing filariasis brugia maka pembengkakannya mulai dari tangan sampai dengan siku atau sampai pergelangan bahu.
Kemudian juga bisa menimbulkan pembesaran payudara pada perempuan dan alat kelamin pada laki-laki.
"Jadi penyakit ini tidak menimbulkan kematian secara langsung tetapi menimbulkan kesengsaraan karena kecacatan yang menetap," ujar Prof. dr. Saleha.
Deteksi Dini Gejala Penyakit Kaki Gajah
Gejala awalnya, ujar Prof. dr. Saleha, hanya sekedar benjol diikuti demam. Benjolan akan timbul 1-2 kali setiap bulan disertai rasa nyeri.
Kemudian benjolan akan kempis, karena dianggap sembuh akhirnya diabaikan oleh penderita. Padahal proses penyakitnya tetap berlangsung.
Jika semula hanya pembengkakan ringan, lama-lama pembengkakannya menjadi hebat.
Kaki akan semakin membesar, kulitnya bisa berlipat-lipat. Itu menjadi seperti kaki gajah. Itulah alasan penyakit filariasis disebut sebagai penyakit kaki gajah.
Cara Mengobati Penyakit Kaki Gajah
Karena penyakit filariasis menimbulkan kesengsaraan kepada masyarakat, maka Kementerian Kesehatan sangat peduli kepada masyarakat yang menderita penyakit kaki gajah.
Kementerian Kesehatan juga berupaya mencegah supaya masyarakat tidak terkena penyakit filariasis.
Caranya bagaimana? Kementerian Kesehatan menyarankan jika merasakan gejala penyakit kaki gajah, penderita bisa merujuk ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan obat Dietilkarbamazin sitrat (DEC) secara gratis. Pada keadaan ringan, yakni sebatas bengkak-bengkak ringan saja kalau diobati penderita akan sembuh. Sebab cacing akan mati dan pulih seperti sedia kala.
"Tetapi kalau pembengkakan sudah besar sekali tidak bisa diobati lagi, tidak bisa dipulihkan. Bahkan cacing yang sebetulnya menginfeksi jangan-jangan juga sudah mati dan menimbulkan sumbatan menetap disitu," tuturnya.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pencegahan supaya jangan sampai cacing dan anak cacing yang sudah ada di tubuh penderita terus berkembang.
Untuk menghentikan mikro filaria secara luas, Kementerian Kesehatan mengadakan program Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis (POPM).
"Pengobatannya sangat mudah dengan minum DEC dan albendazole diminumnya satu kali saja, satu tahun sekali selama 5 tahun berturut-turut," ujarnya.
Namun, dia mengimbau untuk tidak mengobati diri sendiri, tetap datang ke puskesmas atau RS untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Sementara itu, drg. R. Vensya mengajak seluruh masyarakat untuk bisa ikut berpartisipasi mencegah meluasnya penyakit kaki gajah dengan dua langkah.
Pertama, dengan mencegah gigitan nyamuk dan menjaga kebersihan. Kedua, melakukan pengecekan kesehatan dan menjalankan pengobatan bila positif terkena penyakit kaki gajah.
Bulan Eliminasi Kaki Gajah
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kesehatan sangat peduli terhadap filaria. Apalagi Oktober bertepatan dengan Bulan Eliminasi Kaki Gajah atau Belkaga, yang dimulai pada 1 Oktober.
Karena memang geografis Indonesia begitu sulit, sehingga diharapkan semua bisa mendapat akses kesehatan dari anak usia 2 tahun – 70 tahun.
Program POMP, tegasnya, bukan kepentingan untuk pemerintah, tapi kepentingan untuk rakyat Indonesia supaya tidak terkena filariasis. Bukti keseriusan pemerintah adalah Kementerian Kesehatan mencanangkan Indonesia bebas filariasis pada tahun 2020.
"Karena waktunya sempit marilah kita bersama-sama mengikuti ajakan Kementerian Kesehatan untuk bersama-sama minum obat. Dan minum obat itu lebih baik di depan petugas, supaya petugas yakin obatnya benar diminum tidak hanya dibagikan kemudian segera di bawa pulang tapi di rumah tidak di minum," tegas drg. R. Vensya.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemenkes melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak@kemkes.go.id. (adv)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengikut Dimas Kanjeng Ogah Pulang, Yakin Emas Keluar Desember
Redaktur : Tim Redaksi