jpnn.com, JAKARTA - Kasus suap penerimaan calon mahasiswa di Universitas Lampung (Unila) melalui jalur mandiri membuktikan adanya cara-cara gelap agar masuk perguruan tinggi negeri (PTN).
Terlebih masuk PTN merupakan impian dan kebanggaan bagi sebagian besar siswa SMA sehingga turut menyuburkan praktik 'jalur belakang' atau 'orang dalam' yang memang sudah seperti menjadi rahasia umum.
BACA JUGA: Bunda Itet Sambangi Universitas Lampung, Mahasiswa Bersiap, Simak
Penyelenggara bimbingan belajar (bimbel) juga kerap mendapat pertanyaan dari orang tua siswa apakah juga menyediakan jasa 'jalur belakang' agar anaknya masuk PTN.
Penyelenggara bimbel dianggap memiliki “akses” untuk bisa mendapatkan jalur belakang tersebut.
BACA JUGA: Kemendikbudristek Menggelontorkan Bonus Miliaran Rupiah untuk PTN Unggul, Ini Daftarnya
Hal itu disampaikan CEO Bimbel Lavender, Galih Pandekar yang mengaku sering mendapat pertanyaan dari beberapa orang tua siswa mengenai hal tersebut.
“Kami sering mendapat pertanyaan mengenai 'jalur belakang' atau 'orang dalam' untuk masuk PTN. Padahal, kami sama sekali tidak punya dan tidak pernah menawarkan hal itu. Biasanya akan langsung kami arahkan dengan program-program Supercamp unggulan kami,” ujar Galih.
BACA JUGA: Kementerian Setneg Pastikan PNS dan PPPK Tetap Tenaga Kerja di PTN BH
Bimbel Lavender memang dikenal sebagai bimbel ekslusif yang menyediakan program belajar Supercamp dengan harga berkisar Rp 60-90 juta.
Supercamp adalah program persiapan masuk PTN dengan cara menginap di hotel berbintang.
Sebagian orang tua siswa berpikir bahwa dengan harga semahal itu anaknya dipastikan diterima di PTN.
“Bimbel kami sering ditanya apakah harga tersebut dapat menjamin siswa lulus PTN 100 persen, kami jawab tidak. Namun kami menjamin siswa untuk belajar dengan lingkungan dan fasilitas yang mendukung. Program kami adalah murni belajar untuk persiapan masuk PTN,” terang Galih Pandekar.
Galih juga menyayangkan beberapa orang tua murid siswa mengandalkan jalan pintas seperti itu.
Padahal, untuk bisa tembus ujian masuk PTN ada banyak cara yang dilakukan secara halal, bukan dari cara-cara jalan pintas, seperti 'jalur belakang' atau joki.
“Saat ini sudah banyak sekali kesempatan untuk bisa masuk PTN. Mulai dari banyaknya jalur penerimaan, perkembangan teknologi yang memungkinkan murid belajar tambahan dari media sosial dan aplikasi, hingga belajar di bimbingan belajar,” ungkapnya.
Galih mencontohkan di Bimbel Lavender tidak hanya menyediakan guru dan ruang belajar, tetapi juga menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, meningkatkan mental murid-murid untuk menghadapi ujian masuk PTN, dan juga mengajarkan strategi pemilihan program studi untuk membuka peluang masuk PTN.
"Itulah mengapa kami membuat program Supercamp,” tandasnya.
Galih juga mengingatkan kepada orang tua siswa agar jangan mudah percaya dengan iming-iming 'jalur belakang' atau 'pasti lulus' dari beberapa oknum tidak bertanggung jawab.
Sebab, ada kemungkinan hal itu mengarah ke kasus penipuan.
“Pernah ada oknum tidak bertanggung jawab mencatut nama kami dan mengaku sebagai staf Bimbel Lavender, kemudian menjanjikan kelulusan lewat jalur belakang. Padahal itu murni penipuan. Hal ini juga harus diwaspadai para orang tua murid,” tegasnya.
Adanya dugaan praktik “jalur belakang” dalam proses penerimaan mahasiswa di PTN juga telah memunculkan wacana untuk menghapus penerimaan mahasiswa baru lewat jalur mandiri, atau hanya dilakukan satu jalur saja.
Meski demikian, dia mengaku kurang setuju dengan wacana tersebut.
Menurut Galih, jalur mandiri memiliki banyak keuntungan baik dari pihak universitas dan pihak peserta.
Melalui jalur mandiri universitas dapat menentukan standarnya sendiri untuk menyeleksi mahasiswa-mahasiswa yang kompeten.
"Selain itu, jalur mandiri juga memberikan kesempatan kedua bagi peserta yang belum lulus UTBK dan SNMPTN,” pungkasnya. (mar1/jpnn)
Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi