jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah memperlakukan sama terhadap atlet biasa dan para games Indonesia. Dari masa persiapan hingga apresiasi hasil jerih payah mereka di Asian Games (AG) dan Asian Para Games (APG) juga tidak berbeda. Itu pula yang memberikan semangat bagi setiap atlet untuk berjuang.
Khusus untuk kontingen Indonesia, raihan 37 emas, 47 perak da 51 perunggu merupakan capaian terbesar sejak era APG berlangsung pertama kalinya di Guangzhou 2010 silam.
BACA JUGA: Harapan Bunda, Rahmat Hidayat diangkat Menjadi PNS
Kebijakan yang sama juga diberikan untuk pencairan bonus dari pemerintah untuk setiap atlet. Tidak ada potongan yang dijalankan pemerintah. Atlet menerima 100 persen bonus yang mereka dapatkan hasil perjuangan mereka.
Tetapi, atlet para games Indonesia masih punya “tanggung jawab” untuk memberikan uang kontribusi kepada National Paralympic Committee (NPC) dari level Kabupaten/Kota hingga NPC Pusat. Hal ini dibenarkan Senny Marbun, Ketua NPC Pusat. “Untuk uang kontribusi itu juga sudah ditetapkan dalam Rakornas dan AD ART NPC,” ujarnya.
BACA JUGA: Ayah Ungkap Penyebab Jendi Panggabean Kehilangan Kaki Kiri
Menurut Senny, besarannya yakni 15 persen dari bonus untuk NPC Pusat, 10 persen untuk NPC provinsi dan 5 persen lainnya untuk NPC kabupaten/kota. Kebijakan tersebut semata untuk membantu operasional NPC dalam menjalankan roda organisasi dan juga pembiayaan atlet untuk ambil bagian dalam ajang nasional ataupun internasional.
Pemotongan bonus atau yang disebut para atlet uang kontribusi itu sudah berlangsung sejak bertahun-tahun yang lalu. Tetapi sejak 2008, baru ada regulasi yang jelas dan ditetapkan melalui mekanisme Rapat Koordinasi. Para atlet pun sudah mahfum, bahwa itu menjadi salah satu hal wajib yang mereka lakukan.
BACA JUGA: Total Bonus Rp 3,25 Miliar, Kaget seperti Mimpi
Seperti yang disampaikan peraih emas ganda campuran kelas TT6-8, Suwarti. Dia membenarkan adanya sumbangan kepada NPC dari bonus yang diterimanya. ”Iya ada sebagian dari bonus untuk organisasi,” ucapnya. Menurut dia, hal semacam itu sudah biasa.
Warti pun tidak keberatan. Dia memaklumi. Sebab, Komite Paralimpik Nasional (NPC) Indonesia selama ini bergerak mandiri. Alias tidak mendapat sokongan dana dari pemerintah.
”Kami ini kan berada di dalam organisasi. Saya juga bisa bermain di Asian Para Games 2018 karena masuk NPC. Bagi-bagi rezeki aja,” terangnya.
Hal yang sama disampaikan pasangan emas ganda campuran SL3-SU5, Hary Susanto/Leani Ratri Oktila. Ratri menyebutkan sejak awal dia bergabung, NPC menjadi yang sudah menjadi rumah mereka membantu semua kebutuhan.
“Ini bentuk terima kasih saya juga. Kalaupun tidak ada aturan potongan, saya juga akan bagi-bagi dengan teman-teman,” terangnya.
Yang perlu dipahami, Pemerintah melalui Kemenpora sudah menggelontorkan sekitar Rp 135 Miliar. Dana tersebut sepenuhnya untuk kebutuhan persiapan atlet menuju APG 2018. Termasuk di antaranya gaji mereka dalam 10 bulan terakhir.
Meskipun demikian, Menpora Imam Nahrawi, enggan berpolemik terkait potongan yang dijalankan NPC. Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan kewenangan NPC. “Itu urusan internal mereka,” ujarnya.
Politisi PKB itu juga menambahkan, selain hadiah uang tunai, peraih medali emas Para Games juga akan diberikan akses pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil ataupun BUMN. Dengan begitu, dia berharap masa depan atlet menjadi lebih terjamin. (nap/han/far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kontingen Asian Para Games 2018 Mulai Tinggalkan Indonesia
Redaktur & Reporter : Soetomo