Peran Kepemimpinan Strategis dalam Meningkatkan Peringkat Universitas

Selasa, 07 November 2023 – 14:01 WIB
Dosen Program Psikologi, Fakultas Sains Kognitif dan Pembangunan Manusia Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS) Dr Ida Juliana Hutasuhut. Foto: Dokumentasi pribadi for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Mengapa pemeringkatan penting dalam dunia akademik?

Ya, dalam era globalisasi, sistem pemeringkatan universitas menjadi aspek yang semakin dibutuhkan oleh pemangku kepentingan untuk tolok ukur kualitas dari sistem pembelajaran, penelitian, tingkat kepuasan mahasiswa, tingkat kelulusan, prospek kerja bagi alumni, dan berbagai kriteria lainnya.

BACA JUGA: Implementasi Learning Organization dalam Pemeringkatan Perguruan Tinggi

Informasi pemeringkatan ini sangat penting bagi stakeholder yang terdiri dari para mahasiswa, orang tua mahasiswa, akademisi, pembuat kebijakan, bahkan industri yang ingin mengenal, dan bekerja sama dengan universitas.

Sistem pemeringkatan dapat memberikan informasi bagi stakeholder untuk membandingkan beberapa universitas sebelum mereka membuat keputusan ke mana akan melanjutkan perkuliahan yang tentunya akan sangat menentukan perjalanan karier mereka di kemudian hari.

BACA JUGA: Sistem Pemeringkatan Universitas: Sebuah Alat atau Tujuan?

Pemeringkatan juga memberikan informasi berharga bagi para akademisi karena dapat membantu dalam mengidentifikasi antara universitas mana yang menonjol di bidang keilmuannya sehingga memudahkan pencarian mitra untuk bekerja sama dalam proyek penelitian atau permohonan pengajuan hibah bersama.

Pemerintah sebagai penentu kebijakan bagi pendidikan tinggi juga berkepentingan terhadap pemeringkatan ini dalam mengidentifikasi universitas atau program studi yang memerlukan dukungan maupun alokasi pendanaan.

Pada umumnya, semakin tinggi peringkat yang dicapai, maka akan semakin tinggi pula hibah yang diperoleh universitas yang bersangkutan.

Pemeringkatan juga dapat mempengaruhi keputusan pendanaan oleh lembaga filantropis serta industri.

Universitas dengan peringkat tinggi berpeluang dipandang lebih layak menerima pendanaan serta hibah dalam mendukung kegiatan penelitian, beasiswa, dan inisiatif lainnya.

Selain bagi pihak luar, pemeringkatan universitas juga sangat penting dalam melakukan introspeksi diri untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sehingga dapat mengambil keputusan strategis dalam rangka meningkatkan kinerjanya.

Misalnya, jika sebuah universitas mengidentifikasikan bahwa kinerja dalam penelitian dan penulisan karya ilmiah masih lemah, maka tentunya investasi dan upaya yang dilakukan akan lebih terfokus pada peningkatan kompetensi dalam penelitian dan penulisan.

Di samping beberapa kelebihan sistem pemeringkatan di atas, salah satu kelemahan sistem pemeringkatan ini adalah generalisasi standar penilaian.

Artinya, tolok ukur yang digunakan adalah sama untuk semua, baik itu universitas yang sudah mapan maupun yang masih relatif muda.

Misalnya untuk universitas yang telah memiliki reputasi tinggi, mereka memiliki keistimewaan dalam mendapatkan pelajar terbaik sehingga peluang untuk mencapai tingkat kelulusan yang tinggi, dan prospek untuk mendapatkan pekerjaan setelah lulus adalah sangat tinggi.

Sebaliknya, bagi universitas yang relatif muda di mana mereka masih membangun reputasi adalah sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan pelajar-pelajar terbaik untuk masuk sehingga mereka perlu melakukan upaya-upaya ekstra untuk mentransformasikan mahasiswanya agar lulus tepat waktu dan mampu bersaing dalam perebutan peluang kerja di dunia nyata.

Tentunya upaya ini tidak semudah jika dibandingkan dengan universitas yang memiliki reputasi tinggi.

Hal yang sama juga terjadi, seperti kualitas para akademisi, fasilitas pembelajaran, dan lainnya.

Dari kelebihan dan kelemahan sistem pemeringkatan universitas, dapat dikatakan bahwa sistem pemeringkatan adalah alat untuk membantu memastikan pencapaian mutu pendidikan tinggi terpenuhi dan informasi ini tersampaikan dengan baik kepada seluruh pemangku kepentingan.

Kepemimpinan strategis dalam meningkatkan peringkat universitas

Peningkatan peringkat sebuah universitas memerlukan kemampuan strategi para pemimpin dalam menganalisa, berpikir kri>s, mengambil keputusan, menyusun tindakan, melaksanakan, memantau dan merevisi jika diperlukan agar visi dan misi tercapai.

Setiap pimpinan universitas perlu menentukan sikap dan memutuskan sistem pemeringkatan yang mana yang akan dipilih.

Ada banyak sistem pemeringkatan universitas baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti Times Higher Education (THE), QS World, Webometrics Ranking, dan yang lainnya.

Faktor kredibilitas penyelenggara, biaya dan kesiapan universitas tentunya menjadi beberapa faktor pertimbangan selanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Naibaho, Hutasuhut, dan Pitaloka (2023) mendapati bahwa salah satu strategi yang diambil oleh pimpinan universitas dalam meningkatkan peringkat adalah dengan membangun organisasi belajar.

Senge (1990) mempopulerkan istilah organisasi belajar yang didefenisikan sebagai sebuah organisasi tempat orang-orang terus mengembangkan kapasitas mereka, terus belajar bagaimana belajar bersama untuk mencapai hasil yang benar-benar mereka inginkan.

Terdapat lima disiplin yang harus dibangun agar sebuah organisasi dapat dikatakan sebagai organisasi belajar, yaitu: shared vision, personal mastery, mental model, team learning, and systems thinking.

Shared vision adalah membangun pemahaman bersama tentang masa depan universitas yang diinginkan sebagai visi kolektif.

Sebuah visi dapat dikatakan menjadi sebuah visi bersama ketika setiap anggota organisasi menerjemahkan visi organisasi menjadi visi pribadi yang memungkinkan mereka merencanakan, menyusun strategi, memantau dan mengevaluasi upaya mereka menuju pencapaian tujuan.

Ketika visi universitas diterjemahkan menjadi visi individu, maka ia akan berusaha untuk unggul bukan karena mereka disuruh.

Namun, karena visi tersebut telah diinternalisasikan sebagai visi pribadi (Senge, 1990).

Personal mastery adalah disiplin individu untuk secara terus menerus meningkatkan keahlian atau keterampilan, dan menyelaraskannya dengan keperluan organisasi.

Mereka adalah orang-orang yang berkomitmen untuk belajar, menyadari ketidaktahuan dan ketidakmampuan serta fokus untuk memperbaikinya.

Mental model adalah disiplin dimana setiap individu perlu terus memperbaiki proses berpikirnya dan meminimalkan asumsi-asumsi atau bias.

Disiplin ini membantu setiap individu dalam organisasi memiliki kerangka berfikir yang objektif yang tentunya sangat diperlukan dalam membangun budaya pembelajaran bersama.

Mental model yang baik akan membantu setiap individu dalam organisasi memiliki kerangka berfikir positif yang akan membantu mereka dalam berkolaborasi dan belajar bersama dengan orang lain.

Disiplin selanjutnya adalah Team Learning.

Senge (1990) menyatakan bahwa organisasi tidak bisa belajar, namun tim bisa belajar.

Pembelajaran tim lebih dari sekadar akumulasi pembelajaran individu.

Pembelajaran tim adalah proses dinamis di mana anggota tim bekerja sama, saling memberi dan menerima umpan balik, menyesuaikan, untuk bersama-sama meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kemampuan mereka.

Pembelajaran tim yang efektif akan terjadi dalam lingkungan yang terbuka untuk bertanya, berdialog, dan berdiskusi, saling percaya sehingga masing-masing anggota tim dapat mengembangkan kapasitasnya dalam berkolaborasi dan meminimalkan sikap defensive.

Disiplin yang terakhir adalah System Thinking (berfikir sistem).

Menurut Senge (1990), berpikir sistem adalah kemampuan untuk melihat satu kesatuan secara keseluruhan yang didalamnya terdiri dari bagian-bagian yang berfungsi secara interdependen.

Individu yang memiliki pemikiran sistem akan memahami bahwa setiap tindakan yang diambil akan menimbulkan konsekuensi kepada sub bagian lainnya, di mana setiap komponen organisasi seperti individu, departemen, kebijakan, keputusan, produk, dan layanan merupakan elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam konteks yang lebih luas.

Dengan mempraktekkan ke lima disiplin ini, organisasi pembelajar memiliki budaya yang kuat dalam memenuhi kriteria sistem pemeringkatan universitas yang kompleks dan menantang.

Penelitian yang dijalankan oleh Naibaho, Hutasuhut, dan Pitaloka (2023) menguatkan pentingnya peran strategi pimpinan universitas dalam membangun budaya organisasi ke arah organisasi belajar dalam upaya meningkatkan peringkat sebuah universitas. (*)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler