jpnn.com, BOGOR - Fenomena perang sarung saat Ramadan masih ditemukan di sejumlah daerah. Aksi remaja tanggung ini awalnya hanya main-main, yang biasanya dilakukan usai tarawih sampai jelang sahur. Namun, kerap menimbulkan kegaduhan. Dari niat main-main, perang sarung kini berujung tindakan tawuran antarkampung hingga menggunakan senjata tajam.
Di Kota Bogor, setidaknya ada beberapa titik lokasi yang menjadi arena perang sarung. Di antaranya di Cimanggu Warung Legok, Jalan Baru dan Tamansari Persada, Kecamatan Tanahsareal, Gunungbatu dan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, serta Pomad, Kecamatan Bogor Utara.
BACA JUGA: Ramadan, Waktunya Mengobarkan Semangat Mengalirkan Kebaikan dan Kesalehan
“Saya sempat melihat perang sarung di daerah Tamansari Persada dan Warung Legok Cimanggu. Kejadian tersebut cuma sebentar, warga sekitar langsung mengusir,” kata Wakil Ketua Karang Taruna Kelurahan Sukaresmi Isna Dzulkhaidar, seperti dikutip dari Metropolitan.
Dari masa ke masa, tradisi perang sarung terus terjadi. Apalagi di momen Ramadan seperti ini. Untuk itu, Isna meminta petugas kepolisian beserta unsur pengamanan di setiap wilayah selalu mengawasi sejumlah titik yang diduga sering digunakan anak remaja melancarkan aksinya.
BACA JUGA: Pak Dandim Ajak Anak Buah Tadarusan Setiap Usai Jumatan
“Kami ingin petugas keamanan memetakan dan memantau sejumlah titik di setiap kecamatan, yang memang menjadi lokasi langganan perang sarung saat Ramadan demi menciptakan keamanan dan kenyamanan di masyarakat,” ujarnya.
(Baca juga: So Sweet, Setiap Hari Para Polisi Ini Bagi Takjil Gratis)
BACA JUGA: Hypermart Tawarkan Diskon Khusus Mulai Pukul 15:00
Lurah Sempur Rena Da Frina menyayangkan adanya fenomena tradisi negatif berupa perang sarung di tengah masyarakat, tiap kali Ramadan. Pihaknya juga mengaku akan melakukan sejumlah antisipasi agar kejadian serupa tidak terjadi di wilayahnya.
“Kami mengimbau agar warga ikut memantau kegiatan anak remajanya ketika keluar rumah, terutama malam hari,” katanya.
Ia juga mengaku bakal melibatkan satuan terkecil yang ada di wilayahnya, mulai dari RT, RW hingga elemen masyarakat lainnya. “Bersama RT/RW dan warga beserta bhabinkamtibmas dan babinsa untuk melakukan pengecekan dan memonitor wilayah, terutama pada malam hari,” ujarnya.
Tak hanya di Kota Bogor, aksi serupa juga terjadi di wilayah Kabupaten Bogor, yaitu di Malangnengah, Kecamatan Ciseeng, dan Jabon, Kecamatan Kemang. Kedua kelompok itu saling serang menggunakan sarung yang sudah dimodifikasi dengan menaruh bebatuan dan senjata tajam lainnya di ujung sarung yang sudah diikat.
Pantauan di lapangan, gerombolan remaja tanggung terlihat menenteng sarung yang sudah diikat di bagian ujungnya. Mereka saling berhadapan di ruas Jalan H Usa, Kampung Malangnengah, RT 02/03, Desa Ciseeng, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Seketika kedua kelompok itu saling serang. Kejadian itu berangsur sekitar lima menit. Sebab, warga yang mendengar suara gaduh akibat aksi para remaja tanggung itu langsung berhamburan keluar rumah dan mengusirnya. “Iya, cuma sebentar kejadiannya. Sekitar lima menitan. Warga yang mendengar gaduh-gaduh langsung pada keluar dan mengusir mereka,” kata warga setempat, Mulya (30).
Sementara itu, masyarakat Kecamatan Parung dibuat kesal terkait beredarnya bagan pertandingan perang sarung di wilayahnya. Dalam bagan tersebut terdapat sejumlah nama gang atau kampung, di antaranya Gang Serius, Kampung Jati, Gang Masjid, Omega, Gang Pelor, Setdam, Gang Impres, Gang Taimin, Tajur, Gang Dukuh, Gang Permai, Gang Fajar, Gang Wira, Kampung Sawah, Gang Onong serta Gang Amsar.
Terpisah, tradisi perang sarung juga terjadi di Kabupaten Bekasi. Aksi tawuran itu dilakukan sekelompok ABG yang mempersenjatai diri dengan sarung yang sudah terikat pada bagian ujungnya, Jumat (10/5) pagi. “Sudah kami periksa anak-anak yang nongkrong dengan membawa sarung, yang indikasi akan tawuran,” kata Kapolsek Cibarusah AKP Sukarman.
Sukarman mengaku polisi mengamankan anak-anak tersebut di sejumlah titik. Mereka diamankan di Kampung Gardu, Desa Cibarusahjaya, Kampung Malaka, Desa Cibarusah Kota, Kampung Warungbambu, Desa Sindangmulya dan Perumahan Puri Persada Cibarusah.
Di setiap titik tersebut terdapat sekitar sepuluh anak-anak yang telah berkumpul membawa sarung. Mereka rata-rata berusia 12-15 tahun. “Mereka semua warga Cibarusah. Nama-nama kelompoknya saya belum cek,” ucap Sukarman.
Polisi tidak menemukan senjata tajam atau miras dari bocah-bocah tersebut. Setelah diinterogasi, anak-anak itu mengaku akan perang sarung dengan kelompok dari kampung yang berbeda. “Janjian pakai Facebook lewat medsos,” imbuhnya.
Sukarman melanjutkan, sarung tersebut digunakan untuk menyimpan senjata berupa batu atau senjata tajam. Menurutnya, modus tersebut tergolong baru. “Model yang aneh itu pakai sarung, di dalam sarung ada sajamnya, ada pakunya. Sarung itu digunakan untuk menutupi senjata tajamnya,” ujarnya.
Di lain tempat, masyarakat Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, geram terkait beredarnya bagan pertandingan perang sarung Kecamatan Bojongsari. Dalam bagan tersebut terdapat sejumlah nama seperti Curug All Base, Mawar Chaos, Pasiron, Pondok Petir, Serua Tabanas dan lainnya.
Ketua RW 14 Daud Sulaiman mengatakan, beredarnya bagan perang sarung Kecamatan Bojongsari layaknya sebuah pertandingan itu, membuat dirinya prihatin. Untuk mencegah hal tersebut, pihaknya mengajak seluruh elemen untuk mencegah perang sarung yang menggunakan senjata tajam. “Sudah beredar di grup lingkungan Kelurahan Bojongsari dan ini perlu menjadi perhatian,” kata Daud.
Daud menambahkan, rencana perang sarung dapat dicegah apabila seluruh pengurus RT, RW hingga karang taruna melakukan gerakan pencegahan dan antisipasi. Sedangkan untuk para orang tua diimbau agar memantau anaknya. Selain itu, karang taruna dapat bersinergi dengan binmas dan babinsa melakukan patroli keliling kampung atau jalan untuk mencegah hal tersebut. (mul/ogi/d/rez/mam/run)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 dari 6 Kursi DPR Dapil Jabar VI akan Diduduki Perempuan, Pengamat: Harus jadi Prototipe Daerah Lain
Redaktur & Reporter : Adek