Perang Sipil Guncang Sudan Selatan

Rabu, 25 Desember 2013 – 03:02 WIB

jpnn.com - JUBA - Situasi di Sudan Selatan semakin mencekam. Kekhawatiran terhadap pecahnya perang sipil kian nyata. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan kepada pimpinan politik yang berseteru untuk menyepakati gencatan senjata dan membuka dialog. Pertempuran pecah antara tentara loyalis Presiden Salva Kiir dan pendukung Riek Machar, mantan deputinya sejak sepekan lalu.

Amerika Serikat menyatakan telah mengevakuasi warganya dari Bor, episentrum konflik. Empat tentara AS terluka pada Sabtu (21/12) saat pesawat mereka ditembaki. Akibatnya, operasi evakuasi tertunda dan membuat Presiden Barack Obama memerintahkan langkah lebih lanjut.

BACA JUGA: Rebutan Hak Asuh, Lempar Anak

"Saat memonitor situasi di Sudan Selatan, saya akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung keselamatan warga AS, personel, dan properti. Termasuk kedutaan besar kami," ujarnya melalui surat kepada pimpinan Kongres AS Minggu (22/12).

Sebelumnya, tentara Sudan Selatan membenarkan bahwa Bentiu, ibu kota negara kaya minyak tersebut, jatuh ke tangan pemberontak. Yakni pendukung Riek Machar. "Bentiu sudah tidak lagi berada di bawah kontrol kami," ucap Juru Bicara Militer Philip Aguer.

BACA JUGA: Inilah Xitan, Desa Natal di China Timur

Kiir menuduh Machar berusaha melancarkan kudeta terhadap pemerintahnya. Pemerintah menyatakan tengah berupaya mengambil alih Bor dan pertempuran sengit yang berlangsung selama beberapa hari terakhir. Dua tentara penjaga perdamaian India dan sedikitnya sebelas warga sipil tewas dalam sebuah serangan di halaman markas PBB di Akobo, Jonglei, Kamis (19/12).

Joseph Contreras, juru bicara PBB di Juba, kepada BBC menyatakan bahwa pihaknya menyerukan dua pesan kepada pemimpin politik yang berseteru di Sudan Selatan. "Pertama, meminta semua pemimpin politik untuk mencegah meluasnya kekerasan guna mempertimbangkan seruan Uni Afrika agar dua pihak melakukan gencatan senjata selama musim libur. Kedua, membuka dialog dan duduk bersama untuk menegosiasikan perbedaan mereka dengan cara damai," tuturnya.

BACA JUGA: Perusahaan Jepang dan Jerman Didenda Rp1,6 Triliun

Korban tewas karena pertempuran selama sepekan terakhir diperkirakan melampaui 1.000 orang meski belum ada angka pasti yang bisa dikonfirmasi. PBB menambahkan, jumlah pengungsi mencapai 100 ribu orang.

Konflik pecah setelah Kiir, yang merupakan anggota Suku Dinka sebagai etnis mayoritas di Sudan Selatan, memecat Machar dari etnis Nuer pada Juli lalu. Kekerasan yang pecah akhir pekan lalu sudah meluas. Geng dari Suku Nuer dan Dinka saling bantai. (CNN/BBC/AFP/cak/c15/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demonstran Thailand Kepung Stadion Bangkok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler