Perang Tarif AS Vs Tiongkok Pecah Lagi

Sabtu, 11 Mei 2019 – 16:28 WIB
Negosiasi dagang antara AS dan Tiongkok terus berjalan. Foto: Reuters

jpnn.com, WASHINGTON - AS dan Tiongkok sudah resmi memulai kembali perang tarif mereka. Mulai Jumat (10/5) pukul 00.01 waktu setempat, impor kelompok barang senilai USD 200 miliar (Rp 2.858 triliun) dikenai bea 25 persen. Namun, pelaku pasar glo­bal masih menyimpan harapan bahwa semua itu hanya kebijakan sesaat.

Bursa di berbagai negara menguat setelah tenggelam beberapa hari ini. Menurut BBC, bursa London naik 0,4 persen; bursa Paris menguat 0,8 persen; dan bursa Shanghai melesat 3 persen. Lonjakan yang aneh mengingat pelaku bisnis global sudah beberapa hari resah akibat tarif baru dari AS.

BACA JUGA: Cerita Saksi Mata Tentang Kekejaman Tiongkok di Kamp Uighur, Mengenaskan

"Sekarang investor masih bertahan. Mereka ingin tahu bagaimana pembicaraan ke-11 berlangsung," ujar Russ Mould, direktur investasi di agen bursa AJ Bell, kepada Agence France-Presse (AFP).

Meski tarif baru bakal mengganggu arus perdagangan internasional, banyak yang percaya Trump belum hilang akal. Sedikit gila, tetapi belum lumpuh otak. Suami Melania itu butuh kesepakatan tersebut jika kubunya ingin menang pada pemilu tahun depan.

BACA JUGA: Poker Catur

"Dia (Trump) selalu mengukur keberhasilannya dari bursa Dow Jones sektor industri. Kesempatannya akan mengecil jika ekonomi AS melambat atau bahkan anjlok," tegasnya.

BACA JUGA: Imbas Perang Dagang, DFSK Ogah Ekspor Mobil ke Australia

BACA JUGA: Perundingan Dagang AS - Tiongkok di Ujung Tanduk

Xi juga butuh kesepakatan tersebut untuk menguatkan kredibilitas di level internasional. Dia pasti tidak ingin Belt and Road Initiative (BRI) alias proyek jalur sutra modern terhambat karena prospek ekonomi nasional melambat. Karena itu, meski Tiongkok mengklaim bakal membalas tindakan AS, pengamat dan pelaku bisnis global masih anteng.

"Kami menyesal dengan keputusan AS. Tak ada pilihan selain membalas keputusan tersebut," jelas Jubir Kementerian Perdagangan Tiongkok Gao Feng menurut South China Morning Post.

Waktu wait and see investor itu diprediksi berakhir hari ini (11/5). Seharusnya AS-Tiongkok sudah membuat kesimpulan dari perundingan ke-11 di Washington pada Jumat waktu setempat. Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He diperkirakan menghabiskan seharian untuk negosiasi tersebut.

Tidak seperti pertemuan singkat saat dia baru tiba pada Kamis (9/5). Hari itu, dia hanya menghabiskan sekitar 1,5 jam di Kantor Perwakilan Dagang AS. "Saya berharap bisa melakukan diskusi yang jujur dan rasional. Kami percaya menaikkan tarif saat ini hanya melukai kedua pihak dan seluruh dunia," ujar Liu saat baru tiba di Washington.

Bagaimana jika diskusi gagal? Itulah skenario terburuk. Masalah utama adalah Trump. Tidak ada yang tahu tindakan apa yang akan dilakukan Trump. Bisa saja dia menerapkan tarif impor untuk sisa barang impor dari Tiongkok.

Sebagaimana diberitakan, dia sempat mengungkit kelompok barang senilai USD 325 miliar (Rp 4.662 triliun) yang belum dikenai pajak impor. Kalau benar, harga iPhone, sepatu Nike, dan berbagai mainan bakal naik drastis. "Bagi pemilik pabrik, hal yang paling berat adalah ketidakpastian. Susah membuat rencana apa pun jika satu unggahan Twitter saja bisa mengubah segala kondisi," kata Paul Walsh, CEO Newtimes Development. Perusahaan garmennya mengandalkan pabrik di Hongkong. (bil/c14/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terjadi Lagi, Siswa SMA Tewas Ditembak Teman Sendiri


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler