jpnn.com, GUNUNG MAS - Warga Desa Harowu, Kecamatan Miri Manasa, Kabupaten Gunung Mas (Gumas) bisa menikmati listrik berkat keberadaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH).
Semuanya bermula ketika desa itu kedatangan tamu dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia program Kalteng.
BACA JUGA: Gila! Mau Tawuran, Pelajar SMP Sewa Preman Bersenjata
Saat itu, warga hanya diminta menjaga lingkungan hidup.
Namun, permintaan WWF ternyata tak mengena di hati warga.
BACA JUGA: Menginap, 2 Remaja Begituan 5 Kali saat Paman Pergi
“Jika (WWF) hanya datang meminta menjaga lingkungan hidup, tapi tidak bisa dinikmati masyarakat, itu merupakan hal omong kosong,” kata Sekretaris Desa Harowu Sumadi, Rabu (15/3).
Pihaknya lantas berbalik mengajukan permintaan kepada WF.
BACA JUGA: Kisah Bocah Selalu Disiksa Ibu Tiri, Bikin Menangis...
Warga meminta WWF mencarikan terobosan yang menguntungkan masyarakat.
“Dengan sendirinya masyarakat mampu menjaga alam dan bisa mendapatkan keuntungan atau manfaat dari itu. Saya lalu mengajukan agar ada listrik di Harowu melalui energi air dari air terjun,” ucap Sumardi.
Harowu memiliki air terjun yang cukup banyak.
Airnya pun berkesinambungan sehingga potensi memiliki listrik sendiri sangat memungkinkan.
“WWF datang pada 2009, tapi program PLTMH ini baru berjalan akhir 2013. Jadi kami sudah dialiri listrik tiga tahun lebih. Sebelumnya, kami hanya memakai lentera untuk penerangan. Perekonomian masyarakat juga sangat terbantu,” ucap pria kelahiran Kalimantan Barat ini.
Bapak tiga anak ini mengatakan, sebelum PLTMH berjalan, studi kelayakan berlangsung lama.
Sebab, produksi listrik harus dihitung agar tetap mampu digunakan walau sedang musim kemarau.
Ketika proses pembuatan bendungan, masyarakat juga turut serta ikut mencari material batu dan pasir.
“Mikrohidro milik kami bisa mencapai 15.000 watt, namun terpakai masyarakat sekitar 9.000 watt. Kami tidak ingin membebani berlebih. Kami bisa mengaliri listrik untuk 46 unit rumah. Namun pemakaian di rumah-rumah KWh-nya berbeda-beda. Ada yang 100, 200 dan 450. Tergantung MCB-nya,” terang pria kelahiran 1973 ini.
Sumadi menceritakan, biaya pemeliharaan tidak terlalu mahal.
Biaya pemelihaaraan dari iuran warga setiap bulan.
“Untuk menjaga kelebihan pemakaian masyarakat, kami menyepakati untuk tidak boleh menggunakan pemanas air dan rice cooker. Karena dayanya sangat besar untuk dua elektronik tersebut,” tuturnya.
Warga yang melanggar akan mendapatkan sanksi sosial. Misalnya, kurang mendapat respek. (Yunizar Prajamufti)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beringin Ini Dihuni Genderuwo dan Wanita Rambut Panjang
Redaktur & Reporter : Ragil