Perayaan Natal Adat di Pulau Adonara dengan Ritual Minum Tuak

Rabu, 25 Desember 2013 – 17:43 WIB
Uskup Agung Makassar, Mgr. John Liku Ada" memimpin ibadah hari Natal di Gereja Katedral, Makassar, Sulsel, Rabu (25/12/2013). Pelaksanaan prosesi kebaktian malam Natal di sejumlah tempat ibadah di Makassar berlangsung khidmat dan lancar. FOTO: MUHAMMAD IDHAM AMA/FAJAR/JPNN.com

jpnn.com - ADONARA -- Berbagai cara dilaksanakan umat Kristiani di Indonesia untuk merayakan Natal yang jatuh setiap 25 Desember. Tidak terkecuali di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Di pulau dengan mayoritas warga beragama Katolik ini, Natal dipersiapkan dengan sangat meriah. Sejak satu bulan sebelumnya, umat Kristiani di pulau ini sudah mempersiapkan paduan suara terbaiknya untuk perayaan misa Natal di setiap gerejaa. Gedung-gedung gereja yang sederhana dihias dengan berbagai jenis bunga untuk mempercantik hari raya. Patung Bunda Maria dan Yesus dililitkan dengan kain tenun khas Adonara. Masyarakat di pulau seluas 509 km persegi ini menganggap Natal bukan hanya sebagai hari raya, tapi juga sebuah pesta besar. Di mana semua bergembira menyambut kelahiran Yesus.

BACA JUGA: Harga Melambung, Pupuk Menghilang

Dalam perayaan Natal kali ini, JPNN berkesempatan berkunjung ke sebuah gereja yaitu Gereja Santo Werrenfried, Paroki, Lambunga, Kecamatan Kelubagolit, Adonara. Suasana Natal di gereja ini terasa berbeda dari perayaan Natal di kota besar seperti Jakarta. Di Ibu Kota, kebanyakan umat menghadiri kegiatan ibadah di gereja dengan pakaian formal hingga pakaian santai seperti baju kaos dan celana jins. Sedangkan di pulau ini, umat Kristiani, terutama kaum perempuan memilih memakai kebaya sederhana dengan berbalut sarung tenun sebagai bawahan.

"Kita belajar menjalani hidup sederhana dalam damai dan cinta Tuhan. Hidup sederhana agar kita bisa bersolidaritas dengan sesama," ujar Romo Willy Ola Lanan, pastor pemimpinan ibadat Misa di gereja tersebut pada Minggu siang.

BACA JUGA: Kelulusan CPNS Kotim tak Memenuhi Formasi

Perayaan Natal di gereja ini dimeriahkan juga dengan lagu-lagu gereja berbahasa daerah. Warga desa di sekitar gereja juga membawa persembahan hasil kebun selama setahun untuk gereja. Di antaranya pisang, umbi-umbian dan jagung.

Saat berkotbah Romo Willy juga mengingatkan umatnya untuk bersikap toleransi terhadap umat beragama lainnya. Apalagi selain beragama Katolik, ada juga warga pendatang yang beragama Islam di Pulau Adonara. Semuanya hidup berdampingan dengan damai. Romo mengingatkan agar jalinan persahabatan antaragama tetap terjalin.

BACA JUGA: Belum Setahun, Gedung MAN Ambruk

Di antara semaraknya perayaan Natal di Gereja Santo Werrenfried, warga desa Kecamatan Kelubagolit tidak melupakan adat istiadat yang berkembang sejak zaman nenek moyang. Usai perayaan misa Natal, umat mengadakan ritual minum tuak dan wua warak atau makan siri pinang bersama. Kaum pria usia 20 tahun ke atas meminum tuak yang dituangkan dan diedarkan keliling di beberapa gelas kecil. Sedangkan kaum perempuan yang kebanyakan adalah para ibu memakan siri pinang bersama yang telah disediakan di sebuah tempat khusus dari rajutan rotan.

"Ini untuk memupuk dan menjalin persaudaraan kita semua. Ini bagian dari adat masyarakat Adonara sejak dulu," ujar Ketua II DPP Paroki  Gereja Santo Werrenfried, Wisok Mangu saat dijumpai di JPNN usai misa Natal.

Tampak umat Kristiani di gereja ini bergembira berbagi tuak dan siri pinang bersama sembari berjabat tangan mengucapkan selamat Natal. Wisok Mangu menyatakan kebiasaan menjalankan adat ini dilakukan warga di seluruh Adonara pada saat Natal dan Paskah. Ia berharap generasi muda selanjutnya tetap menjalankan adat untuk menjalin persatuan dan kesatuan tersebut.

"Minum tuak ini bukan untuk memabukkan. Tapi untuk menjaga agar kita tetap mengasihi dan bersatu antara satu dengan yang lain," kata Wisok. (flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Urus Kartu Kuning 5 Menit, Rekomendasi 2 Hari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler