jpnn.com, PULANG PISAU - Skandal dugaan adegan asusila yang melibatkan SMPN 1 Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, masih menjadi buah bibir anggota dewan, pejabat dan masyarakat biasa.
Seorang siswi sekolah tersebut menjadi korban teman satu sekolahnya.
BACA JUGA: Hubungan Terlarang di Kamar Hotel Berakhir Tragis
Belum ada kepastian soal delapan pelajar lainnya yang diduga menyaksikan adegan persetub*han tersebut.
Bahkan, seorang pelajar yang notabene anak pejabat di Pulpis, diduga merekam aksi layak sensor itu dalam bentuk video.
BACA JUGA: Miris! Pelajar SMP Begituan di Kelas, Direkam Kawannya
Seorang pelajar cowok disebut-sebut anak pejabat eselon II ini, tidak sendiri.
Di antara mereka yang terduga menyaksikan, kabarnya ada anak dari kalangan guru.
BACA JUGA: Bujang Lapuk Minder Ketemu Wanita Dewasa, Kelakuannya..
Namun, terkait masalah ini, belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian.
Kapolres Pulpis AKBP Dedy Sumarsono SIK melalui Kasat Reskrim Polres Pulpis AKP Iqbal Sengaji SIK mengatakan, pihaknya terus mendalami kasus tersebut.
“Kami masih berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencari saksi dan alat bukti. Sengaja belum diekspose karena menyangkut anak di bawah umur,” kata Iqbal.
Sementara itu, ketika Kalteng Pos (Jawa Pos Group) mencoba konfirmasi ke Kepala SMPN 1 Kahayan Hilir, hasilnya nihil. Rumah sang kepala sekolah tampak tertutup rapat.
SMS yang dikirimkan ke Kepsek yang bersangkutan belum direspon.
Sama halnya ketika Kalteng Pos menghubungi Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Pulpis Hj Aminah, juga belum bisa dikonfirmasi.
Ketika ditelepon tidak bisa nyambung. Namun, saat dihubungi nomor telepon genggamnya aktif. Tapi, tiba-tiba terdengar nada sibuk.
Menanggapi hal itu, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Pulpis Gunawan melalui Ketua Bidang Kerja Sama dan Informasi, Moch Yakin Effendi, mengatakan pihaknya sangat menyesalkan peristawa memalukan tersebut.
Apalagi, kejadian itu diduga dilakukan di dalam kelas.
“Kami sangat menyesalkan lemahnya pengawasan pihak sekolah. Tentunya jika itu di luar jam mengajar sekolah, pihak sekolah minimal bisa mengontrol karena itu masih di lingkungan sekolah,” tegas Yakin.
Ia meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus yang mencoreng dunia pendidikan Pulpis tersebut. Yakin juga meminta adanya keadilan bagi korban.
“Kasus ini harus diusut secara tuntas. Apalagi ini melibatkan anak didik sebagai generasi penerus,” ucap dia.
Ia menegaskan, kasus ini harus ditegakkan seadil-adilnya. Menurutnya, jangan mentang-mentang ada anak pejabat yang terlibat di dalamnya, lalu kasus ini seperti ditutup-tutupi.
“Masalah ini bukan masalah biasa. Tetapi cukup menampar dunia pendidikan. Edukasi, sosialisasi serta pendidikan moral dan agama harus digerakkan. Ini membuktikan bahwa pendidikan masih sangat lemah terutama pendidikan moral,” tandasnya.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan KB (DP3A-PPKB) Kalteng Norliani angkat bicara terkait kasus yang menimpa anak di bawah umur ini.
Ia mengatakan, pihaknya, dinas sosial, pihak sekolah dan orangtua perlu duduk bersama membahas kasus ini.
“Tujuannya untuk mencari solusi. Serta untuk mengetahui, mengapa hal ini bisa terjadi,” ucapnya via telepon genggam, kemarin.
Selain itu, dia merasa prihatin jika pelajar tersebut dikeluarkan dari sekolah. Lantaran, mereka masih di bawah umur dan mempunyai hak untuk belajar.
“Mereka ini melakukan kesalahan. Sebaiknya dipindahkan ke sekolah yang lain. Jangan diberhentikan,” harapnya.
Meskipun demikian, disarankannya agar pelajar yang melakukan hal tersebut bisa untuk ditemani psikolog.
Menurutnya, dengan adanya kejadian ini menunjukkan lemahnya fungsi pengawasan.
“Sarana CCTV juga penting, untuk mengontrol apa yang dilakukan peserta didik,” lanjutnya.
Selain faktor agama yang dinilai penting, peranan pihak tokoh masyarakat dan tokoh agama serta lingkungan juga sangat diperlukan.
Karena menurutnya, ini baru yang terekspose, belum lagi kejadian lain yang kemungkinan banyak terjadi.
“Usia mereka itu kan, memasuki usia pubertas. Jadi mereka meniru yang diidolakan. Apa yang menurut dia (pelajar, Red) baik, pada kenyataannya itu tidak baik. Ini juga karena pengaruh tontonan dan gadget,” pungkasnya. (bad/ami/c2/abe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Braak! Rumah Warga Ambruk Ditabrak Avanza
Redaktur & Reporter : Soetomo