jpnn.com - JAKARTA - Pemerintah mengantisipasi dampak geopolitik di Timur Tengah terhadap Indonesia, terutama mengemukanya konflik Iran-Israel dalam beberapa hari terakhir.
Langkah antisipasi dibahas dalam rapat terbatas Presiden Joko Widodo bersama jajarannya di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/4).
BACA JUGA: Menko Airlangga: Sampai Juni Harga BBM Tak Naik
Seusai rapat Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan sejumlah hal yang dibahas dalam rapat tersebut.
Antara lain pandangan pemerintah Indonesia terhadap pentingnya deeskalasi dan menjaga kestabilan regional untuk mengurangi dampak ekonomi global.
BACA JUGA: Airlangga Sampaikan Seruan Presiden Agar Iran-Israel Menahan Diri
“Dari sisi perekonomian, tentu kami melihat terjadi lonjakan harga minyak akibat serangan Israel ke Kedutaan Iran di Damaskus dan juga terhadap retaliasi yang dilakukan oleh Iran,” ujar Menko Perekonomian.
Sementara dari segi ekonomi, Airlangga mengatakan Laut Merah dan Selat Hormuz menjadi sangat penting.
BACA JUGA: SE MenPAN-RB: Besok, PNS & PPPK Tak Harus Ngantor, Ini Persyaratannya
"Terutama karena Selat Hormuz itu 33 ribu kapal minyak dan Laut Merah itu sekitar 27 ribu dan peningkatan freight cost itu menjadi salah satu hal yang harus dimitigasi,” ucapnya.
Menko juga menekankan perekonomian Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan yang solid sebesar 5 persen, meski menghadapi tantangan geopolitik.
Selain itu, inflasi juga terkontrol di rentang 2,5 persen, plus minus 1 persen.
"Neraca perdagangan masih surplus dan cadangan devisa masih kuat di angka USD 136 miliar," katanya.
Lebih lanjut Menko mengatakan pasar keuangan global mengalami ketidakpastian dengan indeks dolar mengalami penguatan.
Sementara itu nilai tukar dan indeks harga saham global menunjukkan pelemahan.
Namun, dibandingkan dengan negara-negara lain Indonesia masih dalam kondisi yang relatif aman.
"Tentu perlu melakukan berbagai kebijakan, antara lain bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN, dan memonitor kenaikan logistik dan kenaikan harga minyak,” katanya.
Dalam menghadapi gejolak ekonomi global, pemerintah Indonesia tetap fokus pada kebijakan yang mendukung sektor riil dan menstabilkan nilai tukar untuk mengurangi dampak terhadap impor, sambil juga mencatat manfaat bagi eksportir yang menerima lebih banyak devisa.
“Pemerintah terus melihat reform struktural dan menjaga ekspektasi dari investor dan juga memperkuat daya saing dan juga untuk menarik investasi jangka panjang ke Indonesia. Jadi kepastian-kepastian itu yang harus dijaga," kata Airlangga. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kunjungi Pasar Buah Berastagi, Presiden Jokowi Belanja Jeruk, Mangga hingga Kentang
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang