jpnn.com, JAKARTA - Jumlah orang dengan HIV tiap tahunnya terus meningkat. Berdasarkan data epidemiologi UNAIDS, hingga 2021 jumlah orang dengan HIV mencapai 38,4 juta jiwa.
Situasi epidemi pada kelompok perempuan dan anak menunjukkan angka yang memprihatinkan. Hal ini dibahas dalam World AIDS Day 2022 Press Briefing 'Let’s Equalize, No Woman and Child Left Behind'.
BACA JUGA: Gelar Training Personal Development, Pupuk Kaltim Perkuat Kapasitas & Kapabilitas Karyawan
Indonesia menduduki posisi 3 terbawah di Asia Pasifik untuk cakupan pengobatan ARV bersama dengan Pakistan dan Afghanistan.
Hampir setengah dari kasus infeksi HIV baru pada anak, dipastikan berasal dari Ibu yang tidak menerima terapi ARV.
BACA JUGA: 8.034 Orang di Riau Terjangkiti HIV/AIDS
Data juga menunjukkan ada banyak ibu menghentikan terapi, selama masa hamil dan menyusui.
Selain itu adanya hambatan hukum yang mempersulit para ibu melakukan tes HIV dan memulai terapi ARV sebelum hamil menyebabkan semakin meningkatnya kasus penularan.
BACA JUGA: Hasil Rapimwil PPP Jateng: Nama Ganjar Capres Teratas
"Padahal perempuan dan anak dengan HIV merupakan populasi kunci yang seharusnya menjadi prioritas untuk mengakhiri epidemi AIDS. Sayangnya, mereka masih menghadapi berbagai tantangan untuk melakukan pengobatan," ujar Krittayawan Boonto UNAIDS.
Pada ibu hamil dan menyusui alasan untuk menghentikan terapi karena adanya keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan, biaya, stigma dan diskriminasi dari lingkungan sekitar dan efek samping obat.
Bagi anak dan remaja juga bukan hal yang mudah untuk mengakses layanan kesehatan.
Adanya keterbatasan obat khusus anak dan hambatan hukum seperti kebijakan persyaratan usia juga menjadi alasan sulitnya mendapatkan pengobatan.
Belum lagi pengetahuan mengenai isu HIV serta kesehatan seksual dan reproduksi, stigma masyarakat dan kurangnya dukungan keluarga semakin menyulitkan mereka untuk bisa mengakses antiretroviral therapy.
Untuk merealisasikan epidemi AIDS pada 2030, semua orang harus meningkatkan upaya pencegahan, semua orang dengan hasil tes positif harus segera menjalani treatment ARV, semua orang yang sedang menjalani pengobatan harus disiplin untuk mencapai viraload tersupresi.
“Penguatan multi-sektoral menjadi penting untuk dilakukan agar mendapatkan dukungan yang cukup untuk program HIV. Negara juga harus prioritaskan pembiayaan program HIV. Dengan begitu, saya yakin bahwa kita semua dapat akhiri AIDS pada 2030," ungkap Krittayawan.
UNAIDS dan mitra Global juga akan membentuk Aliansi Global Baru untuk mengakhiri AIDS pada anak.
Serta kegiatan amal yang akan diresmikan pada 1 Desember 2022 Pukul 13.00 di CGV Pacific Place, Jakarta.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada