Perempuan-Perempuan Friwen Raja Ampat Full Senyum di Tengah Lebatnya Hutan Mangrove

Jumat, 20 Januari 2023 – 20:09 WIB
Loesye Fainno, Ketua Kelompok Perempuan Tani Hutan Mangrove Kawan Pesisir di Friwen, Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Foto: tangkapan layar channel BRGM di YouTube.

jpnn.com - JAKARTA - “Saya begitu melihat mereka senyum, saya juga ikut tersenyum. Waktu mereka tersakiti, saya juga tersakiti.”

Kalimat bermakna cukup dalam itu terlontar dari Loesye Fainno, perempuan warga Kampung Friwen, Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.

BACA JUGA: BRGM: Deforestasi Mangrove Mencapai 700 Ribu Hektare, Paling Banyak di Area Tambak

Raja Ampat dikenal dengan hamparan ekosistem mangrove dan ekowisata bahari yang indah, yang menjadi daya pikat wisatawan untuk berbondong-bondong ke sana.

Raja Ampat merupakan salah satu dari 9 provinsi yang menjadi daerah prioritas kerja Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

BACA JUGA: BRGM: Rehabilitasi Mangrove Akan Melibatkan Perusahaan Swasta

Karena itu, BRGM memberikan perhatian khusus terhadap kiprah Loesye Fainno sebagai Ketua Kelompok Perempuan Tani Hutan Mangrove Kawan Pesisir di Friwen.

“Jauh sebelum Raja Ampat dicanangkan jadi Kota Pariwisata, hutan mangrove ini sangat padat sekali,” ucap Loesye Fainno, dikutip dari channel BRGM di YouTube.

BACA JUGA: HPN 2022: BRGM dan PWI Kuatkan Dukungan Publik untuk Rehabilitasi Mangrove

Seiring berjalannya waktu, kawasan mangrove menipis akibat aksi penebangan oleh warga setempat, juga dari masyakarat luar Friwen. Batang mangrove ditebangi untuk bahan membangun rumah.

“Saya sedih karena untuk tumbuh butuh waktu lama,” kata Loesye.

Namun, Loesye tidak mau berlama-lama diam larut dalam kesedihan. Dia bergerak. Semangat.

Dia menyadari bahwa aksi penebangan terjadi karena warga memang belum tahu manfaat mangrove.

Loesye memutuskan berhenti bekerja di sebuah hotel. Pulang kampung, memberi porsi waktu yang cukup untuk menyatu bersama warga Friwen.

“Saya tinggal bersama mereka, melakukan pendekatan kepada masyarakat.”

“Mereka punya keinginan berubah, tetapi tidak tahu mulai dari mana,” begitu kesimpulan Loesye setelah menyelami kehidupan warga di kampung halamannya, di tepian laut yang indah.

Dengan penuh kesabaran, Loesye yang mendapat dukungan dari Ketua Adat Kampung Friwen, Hengki Wawiyay, melakukan pelatihan penanaman mangrove.

Aksi nyata perempuan kuat dari Friwen itu disambut antusias mama-mama setempat. Mereka mulai melakukan penanaman.

Semangat makin membara lantaran mendapat bantuan dari BRGM dan juga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa lahan seluas 60 hektar.

“Kini mereka merasakan hasilnya dari sisi ekonomi,” kata Loesye.

Tanpa harus menebang pohonnya, perempuan-perempuan Friwen mampu membuat “Sabun Cair Mangrove”, yang memberi nilai tambah bagi perekonomian mereka.

Bahan baku sabun cair produk Kelompok Tani Hutan (KTH) Mangrove Kawan Pesisir itu antara lain sonneratia caseolaris atau mangrove apple, diramu dengan jeruk nipis, pewarna makanan, mengkudu, garam, dan texapon.

“Dipakai untuk kalangan sendiri, juga untuk resort-resort terdekat,” ujar Loesye.

Perempuan-perempuan kuat di Friwen itu kini full senyum. Hutan mangrove tetap rimbun. Loesye ikut tersenyum. (sam/jpnn)

VIDEO: Simak! Perempuan Kuat Kampung Friwen


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler