Perempuan Petugas KPPS Meninggal, Menyusul Suami di Alam Kekal

Jumat, 26 April 2019 – 05:37 WIB
Petugas KPPS Meninggal Dunia: Potret Supin Indarwati semasa hidup. Foto: R.Rendra Bagus/Radar Madiun/JPNN.com

jpnn.com - Di Kabupaten Madiun, dua petugas KPPS meninggal dunia karena diduga kelelahan. Salah satunya Supin Indarwati

--

BACA JUGA: Nama – nama Caleg Pendatang Baru Berpeluang Lolos, Ada yang Usia 25

TUBUH Supin Indarwati, warga Desa Pilangrejo, Wungu, Kabupaten Madiun, tergolek lemas di atas kasur di salah satu ruang perawatan RSUD dr Soedono Madiun, Jumat pekan lalu (19/4). Perawat ruangan itu kaget ketika menyadari sosok perempuan yang masuk meja perawatan dua hari berselang hajat pemilu 17 April 2019 itu adalah orang sama yang sering berinteraksi dengannya sekitar sebulan lalu.

Perempuan 37 tahun itu mendampingi almarhum suami di bed yang sama dengannya, sebelum meninggal dunia karena penyakit tipes.

BACA JUGA: Posisi Teratas Gerindra, Disusul PDIP dan Golkar

Pukul 02.30 Rabu (24/4), Supin akhirnya menyusul suaminya setelah dirawat enam hari. Dia tutup usia dengan dugaan kelelahan akibat bekerja maraton. Bungsu tiga bersaudara itu tercatat anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) pemilu serentak di TPS 06 tempat tinggalnya.

Kepergian Supin dan suami dalam rentang belum genap 40 hari, membuat Alfi, 13, anak semata wayang pasangan suami istri (pasutri) itu sangat berduka. Apalagi, keduanya dirawat di kasur yang sama.

BACA JUGA: Anggota KPPS 042 Jati Bening Tutup Usia

BACA JUGA: 192 Petugas Pemilu 2019 Meninggal Dunia

’’Tadi malam (Selasa, 23/4) menangis dan hampir pingsan saat tahu kondisi ibunya semakin memburuk,’’ ungkap Mawardi, tetangga Supin.

Mawardi adalah ketua KPPS di TPS 06. Sejak mempersiapkan TPS dan hari H, kondisi kesehatan Supin terlihat sehat. Perempuan itu hadir satu jam sebelum coblosan pukul 07.00. Usai melayani pemungutan tujuh jam, maraton berlanjut penghitungan manual lima jenis surat suara, pemberkasan formulir C-1, hingga pengemasan logistik ke kotak suara. Seluruh pekerjaan tersebut tuntas pukul 02.30, Kamis dini hari (18/4).

Nah, ketika logistik hendak dikembalikan ke tingkat panitia pemungutan suara (PPS) desa, Supin pamit lebih awal. ‘’Izin pulang ke rumah. Ya, mungkin karena sudah tidak kuat menahan capek dan lelah,’’ ujarnya.

Kabar Supin sakit terdengar di lingkungan tetangga dan teman-teman KPPS Kamis siang. Keesokannya baru dirawat di rumah sakit. Jangankan meninggal dunia, hampir seluruh anggota KPPS tidak punya pikiran bila pemilihan presiden (pilpres) sekaligus pemilihan legislatif (pileg) ini mengorbankan banyak nyawa.

Apalagi, kasus serupa tidak hanya terjadi di Kabupaten Madiun. Karenanya, informasi itu langsung diteruskan ke komisi pemilihan umum (KPU) Kabupaten Madiun. ‘’Supin memang baru pertama kali menjadi anggota KPPS,’’ ungkap Mawardi.

Terlepas itu, dia tidak memungkiri tugas pemilu serentak kali ini paling menguras energi dan proses terlama dari yang pernah dilakoninya. Merekapitulasi manual hasil pemungutan surat suara yang jumlahnya mencapai ribuan. Mawardi mengaku sudah empat kali bertugas sebagai KPPS sejak Pilkada 2013. Namun pemilu kali ini begitu berat.

’’Paling melelahkan menyalin plano, start habis magrib dan selesainya hampir subuh,’’ ucapnya sembari menyebut ada 169 yang menggunakan hak pilih dari total 194 daftar pemilih tetap (DPT) di TPS tempatnya.

Suhendrik, kakak kandung Supin, yang mendengar kabar adiknya kritis langsung pulang kampung dari perantauannya di Surabaya. Dia ikut mengantarkan ke persemayaman terakhir di tempat pemakaman umum (TPU) setempat.

Adiknya memang memiliki riwayat penyakit diabetes yang diketahui dua tahun lalu. Namun, ibu rumah tangga itu tidak terlalu mempedulikannya. ’’Sepengetahuan saya, beberapa kali kontrol berobat ke dokter. Mungkin memang sudah kehendak yang kuasa,’’ paparnya sembari menyebut Supin tergolong supel dan aktif bersosialisasi di lingkungan tetangga.

BACA JUGA: Di Sini Prabowo – Sandi Menang Telak tapi PDIP Naik 200%, Kok Bisa?

Saat ini, yang menjadi pikiran adalah kehidupan Alfi selanjutnya. Sepeninggal bapaknya, remaja kelas VII SMP itu hidup hanya bersama Supin. Namun, ibundanya itu kini juga sudah berpulang. Kakek dan neneknya sudah lama meninggal.

Sedangkan kerabat yang berdomisili di sekitar desa adalah saudara jauh. ’’Masih perlu rundingan dengan keluarga karena Alfi kan statusnya juga masih bersekolah,’’ ujarnya. *****(cor/ota)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rizal Ramli Pengin Bawa Rombongan Pakar untuk Periksa Data KPU


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler