Perihal Penggabungan Dua Kementerian, Wakil Ketua DPD RI: Ingat, Dulu Pernah Gagal

Sabtu, 10 April 2021 – 16:18 WIB
Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin (tengah dari baris kedua) bersama Presiden Jokowi dan Ketua DPD Foto:

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin menanggapi kebijakan pemerintah melebur Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) ke dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

“Kita punya pengalaman di masa lalu terhadap penggabungan kedua kementerian tersebut dan hasilnya justru tidak efektif. Dan, pada akhirnya fungsi ristek dikembalikan lagi ke Kementerian Ristek dan fungsi pendidikan juga dikembalikan ke Kementerian Dikbud,”  ujar Sultan dalam siaran pers pada Sabtu (10/4/2021).

BACA JUGA: Belum Tercatat dalam Lembar Negara, Azis Syamsuddin Minta Dua Kementerian Tindaklanjuti Perpres BRIN

Menurut Senator muda asal Bengkulu itu, wacana tersebut mesti dipertimbangkan ulang jika seandainya penyatuan itu dilakukan justru akan melemahkan fungsi kedua lembaga.

Sultan mengatakan seharusnya yang dilakukan oleh pemerintah adalah menguatkan kedua lembaga tersebut dengan tetap berdiri sendiri.

BACA JUGA: Respons Sultan DPD RI tentang Ketentuan Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu

“Riset dan inovasi adalah kata kunci dalam kemajuan sebuah negara. Maka, kita harus membaca konsekuensinya secara efektif, dan tidak boleh hanya dinilai dari segi efisiensi saja,” ujar Sultan.

Menurut Sultan, dua lembaga (kepentingan) yang disatukan memiliki dampak. Apakah keduanya menjadi lebih kuat atau terjadinya kanibal yang membuat hanya salah satu fungsi yang berjalan, bahkan bisa jadi keduanya menjadi lemah. Nah pemerintah harus benar-benar memahami akibatnya,” tegas Sultan.

BACA JUGA: Sultan Najamuddin Minta Kemenkes Melakukan Respons Nasional

Negara-negara maju sangat fokus terhadap riset dan tekhnologi. Bahkan, lanjut Sultan, kebijakan yang dihasilkan juga mesti berpijak dari data hasil riset yang harus dipertanggung jawabkan secara keilmuan (ilmiah).

“Saat ini berapa banyak kebijakan yang memiliki basis keilmuan dari proses sebuah riset. Atau sebaliknya, berapa banyak riset yang dilakukan dan berdampak kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang selanjutnya akan mempengaruhi cara pandang serta cara hidup manusia?" tanya Sultan dengan satire.

Eks Wakil Gubernur Bengkulu itu juga menyinggung mengenai keinginan Indonesia untuk menjadi negara yang memiliki daya saing secara global.

Menurut Sultan, hal tersebut bisa tercapai dengan kekuatan daya inovatif berbasis riset. Tanpa riset yang kuat, dia pesimistis kita dapat bersaing secara global.

“Misi dalam saya saing secara global bisa diwujudkan dengan upaya meningkatkan literasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi, meningkatkan kapasitas dan kompetensi, serta membangun riset yang menyentuh secara substansi terhadap persoalan-persoalan kebangsaan yang ada. Baik itu dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik,” ujar Sultan.

Sultan juga mengamini bahwa untuk menjadi bangsa inovatif yang menguasai iptek adalah apa yang diinginkan Indonesia. Hanya dengan cara itulah Indonesia bisa tampil mandiri dan berdaya saing global sehingga membuka jalan menjadi negara maju.

Sultan menjelaskan dengan cita-cita untuk mampu bersaing secara global dan menjadi negara hebat, maka arah pembangunan yang dilakukan adalah melalui peningkatan kapasitas riset nasional yang mencakup kuantitas dan kualitas sumber daya iptek.

Selain itu, meningkatnya relevansi dan produktivitas riset serta peran pemangku kepentingan dalam kegiatan riset dan meningkatnya kontribusi riset terhadap sektor kehidupan. Termasuk dalam pemulihan pertumbuhan ekonomi nasional dalam tekanan Pandemi seperti saat ini.

Terakhir, Sultan juga menyampaikan Kemendikbud dan Ristek adalah dua lokus yang sangat fundamental dalam membangun kehidupan generasi Indonesia dimasa yang akan datang.

“Cara mengubah kehidupan bangsa Indonesia yang paling tepat adalah melalui pembenahan dunia pendidikan kita. Karena di dalamnya kita bertanggung jawab kepada sumber daya utama dalam kemajuan bangsa yaitu Sumber Daya Manusia. Tidak ada satu pun negara maju di dunia yang sistem pendidikan dan risetnya lemah,” ujar Sultan.

Sebab, pendidikan merupakan investasi utama yang jangka panjang bagi kehidupan suatu negara.

Sultan berharap penyatuan dua kementerian ini tidak mengubah arah cita-cita kita agar Indonesia dapat menjadi lebih baik.

Adapun keputusan peleburan kementerian tersebut disetujui setelah DPR mendapat Surat Presiden No. R-14/Pres/03/2021 perihal Pertimbangan Pengubahan Kementerian. Selain penggabungan kementerian, surat itu juga mengajukan pembentukan Kementerian Investasi.(fri/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler