jpnn.com - JAKARTA - Peringatan hari lahir organisasi Garda Bangsa yang jatuh pada 11 Maret 2016 oleh Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa menjadi ajang curhat para mantan Ketua Umum DKN Garda Bangsa. Termasuk dua menteri yang pernah duduk dibangku orang nomor satu Garda Bangsa, yakni Imam Nahrawi (Menteri Pemuda dan Olahraga) dan Muh. Hanif Dhakiri (Menteri Ketenagakerjaan).
Acara testimoni diawali oleh Ketua DKN Garda Bangsa yang pertama Arvin Hakim Toha (Anggota DPR RI).
BACA JUGA: Sempat Gemas, Senator Cantik Ini Keluarkan Jurus Jitu, Hasilnya?
Menurutnya, sebagai ketua pertama tentunya ia memiliki tugas berat. Ia harus melakukan konsolidasi keseluruh Indonesia untuk menggelorakan Garda Bangsa.
“Musuh utama kita pada waktu itu justru bukan datang dari luar internal kita, justru penolakan datang dari Banser. Tapi setelah kita terus memberikan pehaman dan konsolidasi maka mereka pun mulai paham," katanya, Sabtu (12/3).
BACA JUGA: Rita Widyasari Menghadapi Calon Kuat
Sementara itu, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi justru mengaku saat itu, suasana tidak mengenakan karena kondisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai induk dari Garda Bangsa tengah diterpa badai.
“Saya memimpin Garda Bangsa dalam posisi yang sama sekali kurang menyenangkan. Badai yabg menerjang partai berimbas dasyat kedalam Garda Bangsa," tuturnya.
BACA JUGA: Kasus Ini Bukti Jaringan Narkoba Lapas Cipinang Masih Kuat
Namun, ia beruntung mendapat support dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) PKB pada waktu itu, yakni H Abdul Muhaimin Iskandar.
Sekjen, kata Imam, meminta dirinya untuk menpersatukan seluruh tulang yang berserakan untuk membesarkan kembali Garda Bangsa.
“Saya ingat pada waktu itu Ketum PKB yang pada era itu masih menjabat Sekjen PKB minta saya melakukan konsolidasi dan menyatukan seluruh tulang yang berserakan. Tidak ada ruginya, bahkan akan banyak untungnya," ujar Imam.
Untuk itu, ia pun akan berkomitmen membantu Ketum DKN Garda Bangsa yang baru, Kang Cucun A Syamsurijal untuk membesarkan Garda Bangsa.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... GAWAT! Indonesia di Persimpangan, Antara Konservatif dan Liberal
Redaktur : Tim Redaksi