Peringati Hari LH Sedunia 2024, KLHK Membahas Dampak Urban Heat Island Bersama ITS

Jumat, 28 Juni 2024 – 07:50 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dan Rektor ITS Bambang Pramujati disaksikan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro menandatangani MoU untuk meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang berlangsung di sela-sela Workshop bertajuk Peran Generasi Muda dalam Mitigasi Urban Heat Island di Gedung Research Center ITS Surabaya, Rabu (26/6/2024). Foto: Humas KLHK

jpnn.com, SURABAYA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar workshop bertajuk "Peran Generasi Muda dalam Mitigasi Urban Heat Island" di Gedung Research Center ITS Surabaya, Rabu (26/6/2024).

Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2024 dan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran serta pengetahuan mengenai fenomena Urban Heat Island (UHI) di kalangan generasi muda.

BACA JUGA: Seru Nih, KLHK Gandeng MLH PP Muhammadiyah Gelar Lomba Stand Up Comedy Lingkungan Hidup

Workshop ini diikuti oleh 325 peserta yang hadir secara luring dan daring yang menghadirikan berbagai tokoh penting.

Sejumlah tokoh yang hadir dalam acara ini adalah Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, MSc., PhD; Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro, dan Rektor ITS Bambang Pramujati.

BACA JUGA: Sekjen KLHK: Ibadah Kurban Jadi Momen Saling Menguatkan Antarsesama

Selain itu, acara ini juga menggandeng Institut Hijau Indonesia sebagai mitra kolaborasi.

Rektor ITS Bambang Pramujati dalam sambutannya mengungkapkan fenomena UHI adalah peningkatan suhu yang signifikan di daerah perkotaan akibat kepadatan bangunan dan aktivitas industri.

BACA JUGA: KLHK & Bakamla Menggagalkan Penyelundupan Kayu Ilegal di Laut Banda

“Fenomena ini makin parah setiap tahunnya, ditandai dengan suhu yang terus meningkat," ujar Bambang.

Dia juga menekankan pentingnya upaya mitigasi untuk meminimalisasi dampak lingkungan dari perkembangan industri yang tak terhindarkan.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memaparkan seluruh kota di Indonesia mengalami peningkatan suhu yang signifikan, berkisar antara 0,2 hingga 1 derajat Celsius per 30 tahun.

Selain itu, dia juga menyebutkan konsentrasi karbon di udara kini mencapai 415 ppm, menandakan tren peningkatan konsentrasi karbon tiap tahunnya.

Dwikorita menggarisbawahi pentingnya peran data dalam analisis dan proyeksi perubahan iklim.

“Tugas utama BMKG adalah melakukan monitoring secara sistematis dan berkelanjutan agar analisis prediksi dan proyeksi dapat dilakukan dengan data puluhan bahkan ratusan tahun,” tegasnya.

Direktur Jenderal KLHK Sigit Reliantoro menegaskan solusi untuk mengatasi UHI adalah melalui gerakan climate optimism.

“Masyarakat harus terhubung satu sama lain, terus memperbarui informasi terkait UHI, fokus mencari solusi, dan terus berupaya mengedukasi yang lain. Pola pikir ini adalah langkah awal penyelesaian UHI,”  ujar Sigit.

Sigit mengatakan implementasi program-program mitigasi Urban Heat Island (UHI) oleh KLHK masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal koordinasi antarlembaga dan partisipasi masyarakat yang belum optimal.

Oleh karena itu, dia berharap peran generasi muda sebagai tonggak dalam mitigasi UHI. Generasi muda dapat berkontribusi melalui edukasi dan kesadaran lingkungan dengan mengampanyekan pentingnya ruang terbuka hijau dan praktik ramah lingkungan melalui media sosial dan kegiatan komunitas.

Selain itu, mereka dapat mengembangkan solusi teknologi untuk mengurangi efek UHI, seperti aplikasi untuk pemantauan kualitas udara dan suhu, inovasi dan penerapan desain bangunan ramah lingkungan.

Menurut Sigir, partisipasi aktif generasi muda dalam kegiatan penghijauan dan program lingkungan lainnya di komunitas masing-masing juga sangat penting untuk mendukung upaya mitigasi UHI.

“Generasi muda juga dapat menjadi pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan-keputusan,” ujar Sigit.

Untuk mengurangi dampak Urban Heat Island (UHI), KLHK memiliki beberapa program, termasuk Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dan Indeks Respon Lingkungan Hidup (IRLH).

Program ini mencakup Program Langit Biru untuk meningkatkan indeks kualitas udara (IKU) dan Program Indonesia Hijau untuk meningkatkan indeks kualitas lahan (IKL).

Tujuan utama program ini adalah mendorong pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup, terutama terkait polusi udara dan penghijauan.

Dorong Penggunaan Energi Bersih

KLHK mengambil sejumlah langkah termasuk mendorong penggunaan energi bersih bagi industri, transisi ke kendaraan listrik, uji emisi kendaraan bermotor, peningkatan jumlah dan kualitas ruang terbuka hijau di perkotaan serta penanaman pohon.

IKLH dan IRLH berperan penting dalam mengukur, mengevaluasi, dan mendorong implementasi yang efektif.

Pada tahun 2023, nilai IKU meningkat menjadi 88,67 (meningkat 0,51 poin) dan nilai IKL meningkat menjadi 61,79 (meningkat 1,07 poin), menunjukkan bahwa upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan memberikan hasil positif dan berdampak positif pada mitigasi UHI.

Namun, masih perlu untuk tetap ditingkatkan seiring pembangunan dan peningkatan sumber emisi yang terus meningkat.

Dalam kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara ITS dan BMKG untuk meningkatkan kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kerja sama ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan BMKG dalam mencetak 500 doktor baru guna meningkatkan kualitas dan kinerja lembaga tersebut.

Workshop Urban Heat Island 2024 diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim di wilayah perkotaan.

Sigit berharap kolaborasi yang kuat antara KLHK, BMKG dan ITS serta dukungan dari berbagai pihak maka langkah-langkah mitigasi dapat lebih efektif dan terarah.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler