jpnn.com, JAKARTA - Omar Niode Foundation mengangkat keunikan ekosistem alam, budaya dan potensi wisata kuliner dari kawasan Wallacea.
Momen ini dilakukan untuk merayakan World Food Travel Day, yang jatuh setiap 18 April.
BACA JUGA: Informasi Penting untuk Para Calon Taruna 2021 dari PTDI-STTD
Ambassador World Food Travel Association-Wallacea Amanda Katili Niode mengatakan kawasan Wallacea yang meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara dan pulau-pulau kecil sekitarnya, selain kaya akan ekosistem biologis juga punya daya tarik dari sisi kuliner.
"Hal itu membuat Omar Niode Foundation bersama The Climate Reality Project Indonesia tertarik untuk mengekspose kembali kawasan ini," ujar Amanda dalam webinar bertajuk Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea, Minggu (18/4).
BACA JUGA: Sunan Kalijaga: Belum Tahu Siapa Saya, sok Gaya Preman Sama Gue
Amanda menambahkan, meski makanan di Kawasan Wallacea beraneka macam, tetap ada persamaan karena kuliner di satu daerah merupakan hasil akulturasi penduduk dan pendatang.
Dia mencontohkan, beberapa daerah di Sulawesi mempunyai Sup Hitam sebagai makanan tradisional dengan kluwak sebagai salah satu bahannya, ditambah berbagai jenis bumbu dan rempah.
BACA JUGA: Pesan Untuk Hotma Sitompoel, Hotman Paris: Contohlah Saya!
Pantollo'Pamarasan dari Toraja dengan 13 jenis bahan, daging pilihan, bumbu rempah dan kluwak.
Pallu Kaloa dari Makassar menggunakan 16 jenis bahan, termasuk ikan, kelapa sangrai dan kluwak.
Serta Sop Konro juga dari makassar yang terdiri dari 23 jenis bahan, termasuk bumbu rempah dan kluwak, masih punya kemiripan dengan Tabu Moltomo dari Gorontalo yang menggunakan 30 jenis bahan termasuk bumbu dan rempah.
Bedanya dengan sup hitam daerah lain, warna hitam Tabu Moitomo diperoleh dari kelapa sangrai.
Ragam kuliner Wallacea yang lain, juga dipaparkan oleh Meillati Batubara dari Nusa Indonesia Gastronomy. Selain tentang ragam kuliner, webinar juga membahas tentang pengalaman ekspedisi Wallacea dari jurnalis kompas Aris Prasetyo, dan tips bepergian hemat ke Wallacea yang disampaikan Fitria Chaerani dari Campa Tour.
Pangan berkelanjutan yang memerhatikan krisis iklim, budaya dan masyarakat setempat juga dibahas pada webinar ini oleh M. Firdaus dari Konsorsium Pangan Bijak Nusantara.
Direktur Eksekutif World Food Travel Association, Erik Wolf dalam video sambutannya menceritakan kesannya saat berkunjung ke Indonesia.
“Ketika perjalanan saya ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, saya menikmati kuliner yang luar biasa, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa juga,” ungkap Erik
Erik menjelaskan, World Food Travel Association, yang didirikannya pada 2003. Kini merupakan organisasi tertua dan terbesar di dunia dalam bidang ini.
Erik juga mengajak pelaku usaha maupun pelancong wisata kuliner dari seluruh dunia berpartisipasi dan berbagi cerita dan pengalaman mereka tentang kuliner.
“Kami berharap dapat melihat kiriman Anda yang di tag ke @worldfoodtravelassn di Instagram dan @worldfoodtravelassociation di Facebook, dengan tagar #worldfoodtravelday. Kami akan dengan senang hati menyukai dan membalas pesan Anda,” ajak Erik.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Insurtech Jadi Angin Segar Perkembangan Industri Asuransi di Masa Mendatang
Redaktur & Reporter : Yessy