jpnn.com - ALFIN Tuasalamony terlupakan. Saat masih bermain, disanjung sebagai salah seorang bek sayap masa depan Indonesia dan jadi andalan Persija Jakarta. Kini, setelah cedera, nasibnya miris.
Muhammad Amjad, Jakarta
BACA JUGA: Perjalanan Pulang KRI Banjarmasin dari World Expo Milan 2015
Status Alfin Tuasalamony masih pemain Persija Jakarta, tapi kini, nasibnya seperti pemain tanpa klub. Wajar saja disebut demikian, sebab, Alfin harus berjuang sendirian, tanpa bantuan siapapun.
Alfin memang cedera saat di luar lapangan, dia ditabrak saat baru keluar dari bank. Akibatnya, tulang keringnya patah dan harus dirawat, setidaknya sampai satu tahun. Karier sepak bolanya pun terancam.
BACA JUGA: Interpreter Andalan Pemkot Surabaya Farah Andita Ramdhani
Namun, cedera yang dialami oleh pemain 23 tahun itu sejatinya bisa dicover oleh klubnya. Sebab, dia masih terikat kontrak selama dua tahun dan baru menjalani kontrak tahun pertamanya, masih fresh.
Nyatanya, bukan covering pengobatan, Alfin hanya mendapatkan bantuan yang minim. "Ya saya dapat Rp 5 Juta. Dikasihnya setelah operasi. Itu kalau dibandingkan biaya operasinya, ya jauh jumlahnya," katanya, saat dihubungi, Senin (22/6) sore.
BACA JUGA: Tinggalkan Visi Sepak Bola Indonesia, Thailand Tatap Asia dan Dunia
Alfin mengaku, tak ada asuransi kesehatan yang diberikan oleh klub. Hanya sebatas kontrak dan gaji bulanan, setelah sisa kontrak dibagi satu musim.
Kini, Alfin hanya tergolek lemah di rumah pamannya. Ibunya pun harus menemani Alfin, jauh-jauh datang dari Tulehu untuk merawatnya.
"Saya sedih, dulu biasanya membantu orang tua. Bisa ngasih orang tua. Sekarang saya seperti ini. Harapan saya cuma agar bisa cepat sembuh daj gaji saya dibayarkan," ungkapnya.
Saat ini, dia hanya mengandalkan tabungannya yang mulai menipis. Orang yang menabraknya, sudah tak mampu lagi memberikan biaya operasi Alfin.
Pemain 23 tahun memang masih ditunggak gaji 3 bulan plus 85 persen gaji satu bulan terakhir oleh Macan Kemayoran. Nilainya, mencapai ratusan juta. Jika dibayarkan, Alfin mengaku dirinya tak akan kebingungan untuk menyelesaikan masalah biaya operasinya.
"Kalau orang yang nabrak cuma di operasi awal bantu Rp 30 juta, saya Rp 20 juta. Operasi kedua dia nggak mampu lagi, pakai BPJS jadinya," ungkapnya.
Setahun Menuju Masa Penyembuhan
Alfin tak bisa beraktivitas seperti biasa. Untuk jalan, dia harus menggunakan tongkat. Sebab, kaki kirinya masih belum kuat. Tapi dia tak bisa terlalu sering berjalan, karena kaki kirinya belum kuat untuk diayun mengikuti tongkat.
"Saya lebih banyak di kasur. Bosen, itu pasti. Tapi saya ingin cepat sembuh," tegasnya.
Eks pemain SAD Uruguay dan CS Vise Belgia itu memperhitungkan delapan bulan sampai satu tahun ke depan baru bisa sembuh total. Tiga bulan dari sekarang, Alfin baru akan belajar menapakkan kaki kirinya. Setiap hari, dia harus belajar menggerakkan kaki kirinya pelan-pelan.
Dia juga harus menghilangkan trauma cederanya, meski sudah sembuh total. Barulah, setelah itu pen di kakinya diangkat. Dalam masa setahun ke depan, Persija seharusnya tetap memberikan kewajiban sesuai perjanjian, kecuali ada kesepakatan dua pihak mengenai perubahan nilai yang diberikan.
Tapi, harapan Alfin itu bisa jadi bakal sia-sia. Jangan kan berbicara kontrak setahun ke depan, gaji bulanan saja tertunggak. Ironis bagi Alfin, terlupakan saat sedang kesakitan.
"Saya tidak tahu bisa main lagi apa tidak. Tapi saya harus bisa bermain lagi, karena saya tulang punggung keluarga," kata Alfin. (dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Gitaris Slank yang Berjuang dengan Ginjal Tinggal 3 Persen
Redaktur : Tim Redaksi