Perjuangan Chintya Melahirkan Tepat Setelah Ikut Tes PPPK

Rabu, 15 September 2021 – 08:59 WIB
Dwi Cahyo bersama istrinya Chintya Kesuma dan buah hatinya Inara Kamilia Bestari. Foto: ISTIMEWA - diambil dari Radar Solo

jpnn.com, WONOGIRI - Chintya Kesuma Pratingkas nekat mengikuti tes seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) guru.

Sebelum tes, Chintya sesungguhnya sudah merasakan sesuatu di perutnya, mulai merasa bakal melahirkan.

BACA JUGA: Surat Terbuka Pengawas Tes PPPK Guru 2021 untuk Mas Nadiem, Berurai Air Mata

Benar. Chintya melahirkan usai tes PPPK.

Senin (13/9), jam dinding menunjukkan pukul 05.00 saat Chintya memakan sebungkus roti sebagai pengganjal perut. Roti rasa cokelat dan terasa manis di lidahnya.

BACA JUGA: Istri Tidak Lulus Passing Grade PPPK 2021 Tahap I, Ketum Honorer Menangis, Terpukul, Terguncang

Teh panas pun diteguknya perlahan. Hawa masih terasa dingin di rumahnya di Dusun Mlopo Desa Mlopoharjo Kecamatan Wuryantoro.

Segera setelah itu, dia diantarkan sang suami Dwi Cahyo Mulyawan, 26, ke salah satu klinik bidan di Kecamatan Wonogiri untuk memeriksakan kandungannya.

BACA JUGA: Ini Jadwal Tes PPPK 2021 Khusus Pelamar Positif COVID-19

Chintya sudah merasakan kontraksi sejak Sabtu (11/9) lalu. Perjalanan 30 menit dari rumah ke klinik itu berjalan mulus.

Baju setelan putih hitam pun terlipat rapi dibawanya. Ya, Senin kemarin, dia dijadwalkan untuk mengikuti tes seleksi PPPK. Dia mendaftar formasi guru kelas di SD Negeri 1 Wuryantoro, tempatnya mengabdi sejak 2017 lalu.

“Sebelum tes memang sengaja periksa dulu di klinik. Soalnya istri saya sudah merasa kontraksi sebelumnya. Periksa dulu apa bisa ikut tes atau nggak,” kata sang suami, Selasa (14/9).

Ternyata, Chintya sudah mengalami bukaan satu (awal proses melahirkan). Keduanya pun bertanya kepada petugas yang memeriksa kondisi Chintya, apakah masih memungkinkan atau tidak menjalani tes seleksi dengan kondisi seperti itu.

Chintya menjalani tes seleksi pada pukul 08.00 -10.50 di SMA Negeri 1 Wonogiri. Para peserta diwajibkan datang tepat pada pukul 07.00.

Ternyata, berdasarkan analisis petugas, Chintya masih bisa mengikuti tes seleksi dalam kurun waktu tersebut.

Jika memang tanda-tanda melahirkan terlihat, dia pun bisa segera dirujuk ke klinik itu yang tak jauh dari lokasi tes. Bergegaslah perempuan itu mengganti pakaiannya dengan setelan putih hitam di sebuah masjid.

Berkas-berkas yang diperlukan pun sudah disiapkan untuk registrasi. Termasuk juga hasil negatif rapid tes antigen yang dijalaninya pada malam sebelumnya. Saat registrasi, ternyata berdasarkan pertimbangan petugas sang suami diperbolehkan mendampingi sang istri.

Meski hanya menunggu di luar ruangan tes, Cahyo pun cukup puas dengan kebijakan petugas.

“Akhirnya saya dampingi istri saya ke lantai tiga. Tesnya memang di lantai tiga. Petugasnya sangat baik, karena langsung koordinasi sama puskesmas. Ambulans juga langsung disiagakan di sana. Sampai saat ini juga petugas puskesmas masih menghubungi saya tanya-tanya kondisi istri saya,” papar Cahyo yang juga seorang ASN itu.

Sebenarnya peserta tes tidak diperkenankan keluar ruangan sebelum waktu tes selesai pada pukul 10.50. Namun, Chintya sudah selesai mengerjakan soal-soal pada pukul 10.00.

Karena dalam kondisi khusus, Chintya akhirnya diperbolehkan meninggalkan ruangan tes lebih awal.

Chintya awalnya mengaku bimbang apakah akan tetap nekat mengikuti tes pada hari itu atau tidak. Kesempatan tidak datang dua kali, maka dia bertekad ikut tes.

“Saya waktu itu 'los' saja. Suami bilang yang penting periksa dulu, Bismillah yang penting berkah. Setelah periksa, saya bilang ke anak saya, dek ikut ibu tes dulu ya. Sambil ngelus-elus perut,” kata Chintya.

Saat menjalani tes, dia juga berusaha fokus mengerjakan soal. Saat rasa sakit menyerangnya, dia beberapa kali izin untuk keluar ruang tes. Dengan dibawa berjalan rasa sakit itu berkurang.

Usahanya tidak sia-sia. Chintya dinyatakan lolos pada tahap seleksi uji kompetensi itu. Sebab hasilnya langsung bisa diketahui setelah tes selesai.

Nilai yang didapatnya yakni materi manajerial dan sosial kultural mendapat skor 188, wawancara memperoleh skor 40 dan teknis mendapat skor 320. Pasangan itupun merasa bersyukur atas hasil itu.

Keduanya pun pulang ke Wuryantoro. Pukul 11.30 keduanya sudah tiba di rumahnya. Tidak berlama lama sang istri mengalami tanda-tanda melahirkan. Air ketubannya sudah pecah.

Bergegaslah dibawa ke klinik yang pada pagi harinya disinggahi dan tiba pada pukul 12.30.

“Di sana menunggu sampai bukaan sepuluh, sampai pukul empat sore. Karena ada kendala, bayinya terlalu besar. Pukul lima sore dirujuk ke Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri. Akhirnya lahir lewat operasi caesar, malam pukul sembilan lebih sepuluh menit,” kata Cahyo.

Anak pertama pasangan itu berjenis kelamin perempuan. Kondisinya sehat dengan berat badan 2,9 kilogram dan tinggi badan 49 sentimeter.

Bayi cantik itu diberi nama Inara Kamilia Bestari. Menurut sang ayah, nama itu memiliki arti anak perempuan yang selalu bertumbuh cerdas dan berbudi baik.

“Alhamdulillah senang mas. Kayak dapat jackpot, rezekinya dobel ini. Mohon doanya lancar segala urusannya,” kata Chintya. (radarsolo)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
PPPK   tes PPPK   melahirkan   Wonogiri   Perempuan  

Terpopuler