Perjuangan Guru Honorer Ikut Tes PPPK, Serabutan Demi Sepatu Loak

Rabu, 15 September 2021 – 17:18 WIB
Ketua GTT/PTT Kabupaten Kebumen Musbihin (kiri). Foto dokumentasi pribadi for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Butuh perjuangan besar bagi guru honorer untuk ikut tes PPPK 2021.

Selain persiapan mental, penampilan pun harus dijaga.

BACA JUGA: Kabar Gembira dari Ketum Honorer soal Tes PPPK Guru 2021, Hamdalah

Apalagi panitia seleksi nasional (Panselnas) PPPK guru 2021 mewajibkan peserta mengenakan kemeja putih, bawahan warna gelap, dan pantofel hitam. Bagi yang berjilbab wajib hijab hitam.

Syaratnya memang sangat sederhana. Namun, bagi sebagian guru honorer di daerah yang ekonominya pas-pasan, syarat tersebut sangat berat.

BACA JUGA: Perjuangan Chintya Melahirkan Tepat Setelah Ikut Tes PPPK

Beruntung pemerintah memberikan fasilitas swab antigen gratis bagi guru honorer peserta tes PPPK guru 2021 sehingga dananya bisa dialihkan untuk kebutuhan lain.

Ketua Forum Guru Tidak Tetap/Pegawai Tidak Tetap (GTT/PTT) Kabupaten Kebumen Musbihin mengungkapkan untuk membeli pantofel baru tidak memungkinkan.

BACA JUGA: Dukung Petisi Tambahkan Afirmasi PPPK Guru, Honorer K2 Siapkan Surat Cinta untuk Jokowi

Dia harus kredit dulu dan baru lunas selama enam bulan sementara kebutuhan rumah tangga banyak.

Musbihin akhirnya memutuskan membeli sepatu di pasar loak.

Namanya loak, harganya pasti miring. Walaupun harga miring, guru pendidikan agama Islam (PAI) ini harus kerja serabutan.

"Kalau diceritakan sedih rasanya, sore hari harus mencari tambahan rezeki untuk uang jajan anak. Sedih dan pilu rasanya jika anak lanang minta uang jajan, tetapi belum ada uang. Harus pandai-pandai menyisihkan seribu dua ribu kalau anak lanang minta uang jajan," tutur Musbihin kepada JPNN.com, Rabu (15/9).

Meski begitu Musbihin tetap bersyukur dan meminta kepada Allah mencukupkan rezeki terutama kesehatan. Dia pun tidak malu kerja serabutan mencari tambahan biaya demi kehidupan yang layak.

Musbihin juga selalu sabar ketika hasil tes PPPK guru 2021 pada 13 September hasilnya tidak sesuai harapan. Dia tidak lulus passing grade karena untuk PAI harus mencapai 325 untuk komptetensi teknis.

"Hanya bisa sabar, usaha sudah maksimal. Semoga ada jalan bagi saya dan kawan-kawan yang tidak lulus passing grade untuk menjadi PPPK," ucapnya.

Ketum DPP Forum Honorer Nonkategeri Dua Persatuan Guru Honorer Republik Indonesia (FHNK2 PGHRI) Raden Sutopo Yuwono juga harus berjuang untuk memenuhi persyaratan ikut tes PPPK guru 2021.

Guru honorer di Kabupaten Purworejo itu tidak memiliki dana cukup bila harus beli sepatu, celana dan kemeja baru.

Dia memutuskan memakai sepatu seadanya, celana hitam yang mulai pudar. Hanya kemeja putih yang bisa dibelinya untuk tes pada 16 September karena pakaian yang ada sudah berubah warna. Banyak bercak noda dan sobekan kecil.

Sutopo mengaku kemeja putih itu selalu dia gunakan dalam pertemuan penting termasuk mengajar. Bercak noda dan sobekan di kemajanya bisa tertutupi karena pakaiannya dimasukkan ke dalam celana.

"Alhamdulillah ada yang minta ponselnya diperbaiki. Jadi ada rezeki untuk beli kemeja putih di pasar," ucapnya.

Sama seperti Musbihin, Sutopo juga kerja serabutan untuk mendapatkan uang tambahan. Dia menjadi tukang servis handphone dan kuli bangunan. Karena sakit, dia libur 'nguli' dan hanya memperbaiki ponsel rusak.

"Alhamdulillah,kalau selalu bersyukur, Allah selalu cukupkan rezeki kita. Mudah-mudahan besok saya bisa lulus passing grade PPPK guru 2021," kata Sutopo. (esy/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur : Adek
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler