Eleanor Holland yang berusia 5 tahun terlahir dengan spina bifida dan gangguan otak yang disebut ‘Malformasi Arnold Chiari Tipe II’, tapi bukan itu yang menggambarkan sosok dirinya.
"Ia memiliki mata biru terbesar dan bulu mata terpanjang. Ia bisa membuat orang asing tersenyum dan ia berteman-teman dengan siapa saja. Ia suka tersenyum,” kata sang ibu, Becky Holland.
BACA JUGA: Waktu Kerja yang Fleksibel Dinilai Tak Hambat Kemajuan Karir
Becky ingin putrinya terus tersenyum dan menarik bagi masyarakat yang lebih luas untuk membantu kebahagiaan Eleanor di masa depan.
Pada tahun pertama hidupnya, Eleanor menghabiskan sembilan bulan di rumah sakit Brisbane, 2,5 jam dari rumahnya di utara New South Wales.
BACA JUGA: Permintaan Impor dari China Melonjak, Susu Formula di Australia Langka
Saat berada di rumah sakit, ia menjalani operasi untuk menutup lubang di tulangnya dan menguras cairan dari kepalanya.
BACA JUGA: Inilah 6 Fakta Buang Air Besar dan Hubungannya dengan Kesehatan Tubuh
"Saya tak tahu apa yang disebut normal, tapi saya tahu saya sangat mencintainya. Saya mencoba untuk menemukan normalitas baru di sekitar fasilitas medis yang kami tinggali," tutur Becky.
"Kami harus menghadapi itu dan menemukan harapan dan kebaikan,” sambungnya.
Ia menyebut, "Masih ada bayi kecil nan cantik yang butuh cinta dan membutuhkan kami, jadi kami harus kuat dan terus berjalan dan terus bertahan."
Salah satu komplikasi yang terkait dengan kondisi Eleanor adalah masalah pencernaan.
Eleanor memulai hidupnya dengan diberi makan melalui tabung, tapi itu dikombinasikan dengan asi dan susu botol.
Ia akhirnya mulai makan makanan padat, tapi malformasi otaknya menyebabkan ia terus berjuang.
"Mereka harus memasukkan makanan ke dalam tabung lainnya untuk membantu pertumbuhannya dan untuk melewati hari-hari buruknya yang penuh infeksi," tutur Becky.
Ia menyambung, "Tapi ketika Anda menggunakan tabung makan, Anda bisa mengembangkan keengganan lisan dan tubuh Anda lupa bagaimana caranya untuk makan. Eleanor lupa bagaimana caranya makan."
Becky telah mendaftarkan Eleanor ke dalam program sapih-tabung yang berbasis di Australia Selatan, yang menelan biaya total rumah sakit, akomodasi dan perjalanan sekitar 15.000 dolar (atau setara Rp 150 juta).
Ia telah membuat kampanye penggalangan dana online atau ‘crowdfunding’ yang bernama ‘Eleanor’s dream is to eat’ atau 'mimpi Eleanor untuk makan' guna membantu membayar biaya perawatan tersebut.
"Kami sangat berterima kasih atas betapa banyaknya orang yang telah mengulurkan tangan kepada kami sejauh ini. Kebaikan orang yang tak dikenal sungguh menakjubkan dan sungguh indah melihat ada begitu banyak kebaikan di dunia," tutur Becky.
Ia mengatakan, saat nanti Eleanor bebas dari tabung makan, ia tak akan hanya bisa makan "normal" tapi bersosialisasi lebih baik.
"Saya ingin melihat Eleanor bahagia. Saya ingin melihat ia terus tumbuh dan berkembang dan menjadi segala sesuatu yang ia inginkan," utaranya.
"Saya ingin melihat ia keluar menjelajahi dunia, makan di restoran dengan anak-anak lain dan tak terjebak di dalam," sambung Becky.
Di samping Eleanor, Becky memiliki anak lainnya yang berusia satu tahun, Tobias.
Ia mengaku, membagi waktu terkadang hal yang sulit, tapi ia belajar untuk meminta bantuan.
"Saya menjalani hari lewat menit-demi-menit, jam demi jam dan saya banyak menangis dan menyadari bahwa tak masalah untuk menangis dan tak masalah untuk menerima bantuan," katanya.
Becky mengungkapkan, "Benar-benar sulit untuk menempatkan diri di luar sana dan menempatkan Eleanor dalam menghadapi dunia, tapi saya ingin yang terbaik untuknya.”
"Memiliki anak dengan kebutuhan khusus adalah kerja keras dan itu menantang, tetapi imbalannya sepadan dengan tiap detik air mata dan hari-hari sulit yang dilalui."
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sandhy Sondoro Akan Ramaikan Festival Wonderful Indonesia di Melbourne