Perjuangan Serda Lisbeth Duwith Jadi Prajurit TNI, Ditembaki Amunisi Tajam

Sabtu, 03 April 2021 – 22:42 WIB
Serda Lisbeth Duwith. Foto: Dok Dispenad

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana (KCK) Hetty Andika Perkasa memberikan pesan khusus kepada putri-putri asal Papua yang lulus seleksi penerimaan prajurit TNI Angkatan Darat.

"Selamat mengabdi, jadi Kowad yang membanggakan, membanggakan Papua, membanggakan Indonesia," ujar Hetty Andika Perkasa dalam keterangannya, Sabtu (3/4).

BACA JUGA: Jenderal Andika Pastikan Penerimaan Prajurit TNI AD Tak Dipungut Biaya

Istri dari KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa ini juga sempat bertemu dengan putri-putri Papua sebelum pengukuhan anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).

Salah satunya Lisbeth Duwith yang punya pengalaman susah sebelum menjadi prajurit TNI AD.

BACA JUGA: Program TNI AD Membangun Rumah Layak Huni di Sorong Tuntas

Lisbeth asal Sorong Selatan. Dia adalah anak keempat dari enam bersaudara. Dia menceritakan kisahnya penuh rintangan berangkat tes seleksi.

Lisbeth mulanya ikut seleksi reguler namun gagal di tingkat daerah. Lalu dia diarahkan untuk mengikuti jalur otsus. Dia pun harus berangkat dengan memakai gaji terakhir sang ayah.

BACA JUGA: Moeldoko: Seluruh Prajurit Tahu Tentang Itu

“Karena saya masuk anggota, kakak saya tidak jadi ikut kuliah, karena hari itu gaji terakhir bapak, saya yang pakai. Sebenarnya gaji itu untuk kakak saya bayar semester," katanya.

Jika dia lolos menjadi prajurit Kowad, Lisbeth bertekad gajinya dari mengabdi kepada bangsa untuk membiayai pendidikan saudaranya.

Setelah lulus, Lisbeth bersama anak bangsa lainnya mendapatkan pendidikan di Secaba Kowad. Dia juga menceritakan pengalamannya selama mengikuti pendidikan.

Lisbeth dan calon prajurit lainnya mendapatkan latihan mental dan fisik agar siap menjadi patriot yang mampu mengemban tugas dengan baik setelah menjadi Kowad.

"Saya (awalnya) merasa takut karena memang dari atas itu (di arena latihan perang saat merayap) benar-benar ditembak, ini antara hidup dan mati ini karena memakai amunisi, amunisi tajam," kata dia.

Saat merayap dia sempat merasakan sakit di dadanya, namun untuk menggapai cita-citanya Lisbeth terus melanjutkan sampai menyelesaikan pelatihannya.

"Pembina saya datang untuk membantu. Kami merayap sampai di depan (garis akhir)," ujarnya. (cuy/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler