Perkembangan Bisnis e-Commerce di Indonesia Melesat

Senin, 27 April 2015 – 20:24 WIB
Fajrin Rasyid. Foto: Ist

jpnn.com - JAKARTA - Perkembangan bisnis e-commerce di Indonesia melesat dalam lima tahun terakhir.  Hasil riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Google Indonesia, dan TNS (Taylor Nelson Sofres) memperlihatkan bahwa tahun 2013 nilai pasar e-commerce Indonesia mencapai US$8 miliar (Rp 94,5 triliun) dan di tahun 2016 diprediksi naik tiga kali lipat menjadi US$25 miliar (Rp 295 triliun).

Potensi ini dibarengi dengan jumlah pengguna internet yang mencapai angka 82 juta orang atau sekitar 30 persen  dari total penduduk di Indonesia.

BACA JUGA: Investasi Peternakan Sapi Capai Rp 730 Miliar

"Ini membuat pasar e-commerce menjadi tambang emas yang sangat menggoda bagi sebagian orang yang bisa melihat potensi ke depannya. Apalagi, menjelang pelaksanaan pasar bebas Asean (MEA) di akhir 2015, banyak pengamat yang memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi market yang potensial bagi negara lain untuk menjual barangnya,"  ujar Fajrin Rasyid, Co-Founder & CFO Bukalapak.com, di Jakarta (27/4).

Dengan potensi ini, lanjutnya, orang-orang dari luar akan berduyun-duyun datang ke Indonesia. Tujuan mereka cuma satu, menguasai pasar Indonesia. "Mau tidak mau, kita harus berbenah agar mampu menjadi tuan di rumah sendiri,” ujar Fajrin.

BACA JUGA: Absen Seminggu, Citilink Kembali Beroperasi di Halim

Menurutnya, salah satu langkah untuk berbenah adalah dengan memaksimalkan potensi bisnis e-commerce yang telah terbukti pertumbuhannya terus meningkat. Apalagi, jual-beli online ini hanya butuh modal kecil namun hasilnya sungguh luar biasa (low cost high impact). “Di era seperti sekarang ini, semua orang bisa sukses menjadi onlie seller,” ujarnya.

Fajrin  juga mengingatkan calon pelapak atau penjual online agar mempelajari secara detil media e-commerce-nya. Pasalnya, selama ini dikenal dua kategori dalam e-commerce, yakni Classified Media dan  Transaction Platform. Untuk yang terakhir, dikenal adanya konsep C2C (personal), lalu small B2C, B2B2C dan terakhir B2C.

BACA JUGA: Pemerintah Harus Lebih Kreatif Genjot Pajak

“Bukalapak merupakan marketplace (C2C) yang melibatkan pelapak dan pembeli secara langsung. Masing-masing media tersebut memiliki keunggulan dan kelemahannya,” ujarnya.

Disarankan lagi, bagi mereka yang ingin mengelola perusahaan e-commerce agar segera memulai usahanya dan tidak menunda lagi. Harus ada keyakinan bahwa peluang besar bisnis e-commerce itu terbuka lebar.

"Ini bisa dilihat dalam beberapa tahun terakhir dimana banyak sekali perusahaan online didirikan. Produk yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari mode/fashion, peralatan elektronik, alat-alat rumah tangga dan lain-lain," terangnya.

Apalagi, data idEA menyiratkan bahwa di akhir 2015 pengguna internet di Indonesia akan mencapai 125 juta orang, sebuah lonjakan besar dari 55 juta pengguna tahun 2012. Pengamatan ini berdasarkan pertumbuhan kelas menengah yang makin luas sekaligus menjadi kekuatan pendorong yang sangat besar.

“Jangan lupa melakukan benchmarking dengan pemain-pemain e-commerce yang sudah eksis dan tumbuh besar. Ini juga harus didukung dengan berbagai keunggulan produk yang dijual di lapak,” ujarnya.

Diceritakan Fajrin, Bukalapak telah melalui semua fase tersebut dengan kerja keras, keyakinan dan mimpi besar bahwa Bukalapak bisa menjadi e-commerce  no.1 di Indonesia. Saat ini, Bukalapak telah berada di jalur yang benar untuk tumbuh besar. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pelapak yang telah lebih dari 200.000 pelapak, melonjak tinggi dibandingkan saat berdiri pada 2010 dimana hanya 6.500 pelapak. Sedangkan pengunjung Bukalapak kini telah mencapai lebih dari 1 juta orang setiap harinya.

Fajrin mengatakan, kinerja Bukalapak yang moncer itu juga telah mengundang sejumlah investor untuk menaruh dananya di Bukalapak. Butuh waktu satu tahun sejak berdiri pada 2010, Bukalapak mendapatkan investasi pertama dari Batavia Incubator.

Kemudian datanginvestasi selanjutnya dari Aucfan, IREP, 500 Startups, dan GREE Ventures (serie A). Terakhir, pada Februari 2015, Bukalapak mendapatkan investasi serie B dari Emtek Group – SCTV Group (PT Kreatif Media Karya).

“Semua ini tak lepas dari keunggulan produk yang kami tawarkan, tim internal yang solid dan pangsa pasar Bukalapak yang terus membesar. Meski demikian, kami tidak pernah puas dengan hasil yang kami capai selama ini. Kami terus bekerja dan bekerja untuk membesarkan Bukalapak,” bebernya. (rl/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengusaha Harapkan MEA Dongkrak Investasi dan Rupiah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler