jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Heru Purnomo menuturkan jebloknya hasil UN SMP untuk bidang study matematika dan IPA disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya diterapkannya soal-soal C 4 atau analisis yang bagian dari pembelajaran berkonten nalar tinggi (HOTS).
”Satu sisi adalah upaya pemerintah untuk memperbaiki tingkat pemahaman siswa agar menjadi lebih baik. Tapi sayangnya pembelajaran HOTS belum dilakukan oleh mayoritas guru Indonesia didalam kelas, dan baru di sekolah sekolah yang favorit,” kata Heru pada Jawa Pos.
BACA JUGA: Kemendikbud Akui Nilai UN Matematika dan IPA Turun Drastis
Dia menuturkan mayoritas siswa kelas IX yang mengikuti unas itu masih menggunakan kurikulum 2006 yang menggunakan pendekatan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Sedangkan pendekatan HOTS diterapkan untuk kurikulum 2013.
”Sebagian besar kelas IX SMP mayoritas belum gunakan kurikulum 2013. Masih pakai KTSP masih mengunakan pendekatan LOTS, low order thinking skill,” ungkap Heru.
BACA JUGA: Ayo, Tinggalkan Cara Kuno Mengajar Matematika
Jadi para siswa tentu saja mengalami kesulitan saat mengerjakan soal unas. Karena mereka tidak mendapatkan pelajaran yang diujikan saat unas.
Dia menuturkan perlu ada pelatihan massif kepada para guru terkait dengan materi HOTS. Berkaitan dengan itu, pendanaan di Kemendikbud tentu juga harus diperkuat. Meskipun alokasi dana pendidikan 20 persen dari APBN tapi dana it tersebar di kementeria atau lembaga lain.
BACA JUGA: Hasil Jeblok, KPAI Desak Mendikbud Evaluasi UN
”Harus berikan pelatihan pada gurunya pada soal HOTS. Agar guru bisa imbaskan kepada siswanya dengan pembelajarn di kelas,” tegas dia. (wan/jun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nilai UN SMP Turun, Kemampuan Guru Harus Ditingkatkan
Redaktur & Reporter : Soetomo