Permainan Kolongan Selingi Sepeda Nusantara Etape Kendal

Minggu, 18 November 2018 – 13:34 WIB
Suasana Sepeda Nusantara etape Klaten, Minggu (18/11). Foto: kemenpora

jpnn.com, KENDAL - Kendal menjadi etape ke-67 dari salahsatu program unggulan Kemenpora, Sepeda Nusantara mengajak masyarakat untuk terus berolahraga menjaga kebugaran tubuh.

Di Sepeda Nusantara yang berlangsung di kota Santri tersebut, setidaknya diikuti oleh 2.000 pesepeda yang mulai bergerak dari Stadion Utama Kebondalem Kabupaten Kendal.

BACA JUGA: Terima Peserta Kirab Pemuda 2018, Ini Pesan Fahri Hamzah

Pegowes menelusuri jalan Tentara Pelajar, melewati Pasar Sukodono, Balai Desa Bojonggede, menuju arah Bulugede dan kembali ke Stadion Utama Kebondalem Kabupaten Kendal dengan total jarak tempuh 15 Km, Minggu (18/11).

Segenap komunitas sepeda seperti Kosti dan kehadiran Pengecab ISSI Kendal beserta masyarakat umum dari semua usia dan kalangan tumpah ruah bersepeda bersama yang sebelumnya melakukan pemanasan dengan bersenam Ayo Olahraga, melalui irama enerjik mengajak orang bergerak yang dinyanyikan oleh Menpora Imam Nahrawi.

BACA JUGA: Kemenpora Susun Peta Jalan Generasi Emas Indonesia 2045

Tampak hadir dalam perhelatan tersebut Bupati Kendal dr. Mirna Annisa, M.Si, Asisten Deputi Pengelolaan Olahraga Rekreasi Teguh Raharjo, segenap Forkopimda dan jajaran OPD.

Dalam sambutannya, Asdep Teguh Raharjo mengapresiasi segenap masyarakat Indonesia yang turut ambil bagian dalam kegiatan yang mengkampanyekan berolahraga ini.

BACA JUGA: Lagu Karena Cinta Menggema di Acara Penutupan Kirab Pemuda

"Alhamdulillah, di setiap titik perhelatan diikuti ribuan peserta. Ada yang 2.000-an bahkan ada yang mencapai 25.000 peserta, Itu artinya olahraga dalam hal ini bersepeda sudah membudaya, sehingga target kita untuk mengangkat angka kebugaran diatas 35 persen tercapai melalui program-program yang kita lakukan," ungkap Teguh Raharjo.

"Keantusiasan seperti inilah yang diinginkan Menpora Imam Nahrawi di mana program-program yang dicanangkan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat banyak, karena berawal dari keinginan berolahraga massal seperti ini, menjadi awal muncul bibit-bibit andal regenerasi olahragawan yang bisa kita bina menjadi atlet nasional," tambahnya.

Lebih lanjut dia mengatakan jika kegiatan Sepeda Nusantara di Kendal atau di titik Kabupaten/Kota lainnya mampu menjadi stimulus dan bisa menjadi pemicu bagi masyarakat untuk terus berolahraga, apapun jenis dan medianya dalam berolahraga.

"Harapan kami setelah gelaran ini, setiap Minggu masyarakat bisa meluangkan waktu bersepeda bersama-sama atau olahraga jenis lainnya, karena dengan berolahraga akan timbul interaksi sosial dikalangan masyarakat itu sendiri disamping akan mendapatkan kebugaran dan kesehatan bagi tubuh kita," pungkasnya.

Sedangkan Bupati Kendal pasca melakukan sepeda bersama mengatakan jika melalui kegiatan ini masyarakat secara langsung melihat kehadiran dan kepedulian pemerintah pusat kepada daerah dalam hal ini melalui sektor olahraga.

"Ayo sama-sama kita gerakkan diri kita dengan semangat jiwa yang sehat dan dalam kesempatan ini kami berharap pemerintah pusat untuk sering-sering menggelar kegiatan bersifat massal seperti ini, sehingga program-program yang dicanangkan bisa langsung menyentuh masyarakat," pugkasnya.

Di lain hal sebelum start dilakukan, terlebih dahulu diperagakan olahraga tradisional bernama Kolongan yang berasal dari Dawungsari, Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Kolongan juga sebutan dari peralatan yang digunakan untuk permainan ini yang dibuat dari anyaman pelepah pohon pisang yang dibuat berbentuk lingkaran.

Joko Pranawa Hadi selaku guru SMK 4 Kendal mengatakan jika permainan ini memiliki unsur olahraga dan seni, di mana memerlukan kelincahan, kekuatan, akurasi, kecepatan koordinasi diantara pemainnya.

"Permainan Kolongan dilakukan secara berkelompok, di mana tiap kelompoknya terdiri dari 4-7 pemain dengan satu orang berperan sebagai Jogo Kolong. Permainan ini dapat dimainkan oleh pria dan wanita, baik anak-anak, remaja maupun dewasa dengan durasi 2X15 menit, menggunakan luas area maksimal 15X30 meter. Pemenang ditentukan dengan banyaknya kolongan yang berhasil ditangkap menggunakan tongkat yang dijaga oleh Jogo Kolong," ucap Joko.

Permainan Kolongan ini biasanya dilakukan pada sore hari yang dilakukan oleh anak-anak atau muda-mudi untuk mengisi waktu luang setelah menyirami tanaman tembakau sembari membawa ternak dipinggir lapangan yang sedang merumput, di mana daerah Pegandon itu sendiri merupakan daerah penghasil tanaman tembakau.

Olahraga tradisional ini sudah berkembang dari generasi ke generasi, namun sejak era tahun 1980-an hingga sekarang sudah jarang dimainkan atau dapat dikatakan bahwa tidak terlihat lagi permainan seperti ini lantaran kalah pamor dengan gadget yang kian digandrungi.

Oleh sebab itu supaya tidak hilang maka permainan Kolongan diangkat kembali atau dikembangkan untuk menjadi suatu aktifitas olahraga tradisional dimana permainan ini dilakukan.(dkk/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Jaktim Bangga Gelar Puncak Kirab Pemuda 2018


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler