jpnn.com, SURABAYA - Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (Apeki) Jawa Timur Bambang Sriono mengatakan, luas area pertanian kopi di Jatim mencapai 104.958 hektare.
Perinciannya, perkebunan kopi rakyat seluas 61.299 hektare, PTPN (21.327 hektare), dan perkebunan swasta besar (PBS) 20.032 hektare.
BACA JUGA: Jokowi: Jangan Lupa, Minumlah Kopi Indonesia
Dari total luas lahan tersebut, produksi kopi yang dihasilkan sebanyak 59.520 ton. Perinciannya, 30.021 ton dari perkebunan kopi rakyat, 13.435 ton dari PTPN, serta 13.528 ton kopi dari PBS.
”Pengembangan luasan terus digalakkan untuk mencukupi dan peningkatan produksi,” ujar Bambang, Minggu (1/4).
BACA JUGA: DPD Ingin Kopi Indonesia jadi Nomor 1 di Dunia
Bambang mengatakan, produksi kopi diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar ekspor dan pasar dalam negeri.
Menurut dia, permintaan terhadap kopi cukup besar. Termasuk ke pasar ekspor seperti Swiss, Belanda, Amerika, dan Australia.
BACA JUGA: Dubes Tantowi Pengin Kopi Indonesia Kondang di Negeri Kiwi
”Permintaan cukup tinggi dari Eropa Timur dan Timur Tengah masih belum bisa dipenuhi,” kata Bambang.
Seberapa besar permintaan tersebut? Bambang menyebutkan tidak ada batasan. Apalagi, kopi menjadi bagian gaya hidup masyarakat.
”Permintaannya banyak, tapi produksi masih stagnan,” ungkap Bambang.
Menurut dia, produksi yang stagnan juga dipengaruhi anomali cuaca.
Dia memprediksi produksi tahun ini sama dengan tahun sebelumnya. Yakni, di kisaran 59 ribu ton.
Produksi yang stagnan itu juga berdampak pada harga kopi.
”Ada kecenderungan harga naik dibandingkan tahun lalu,” kata Bambang.
Tahun lalu harga kopi berkisar Rp 75 ribu–Rp 85 ribu per kg.
Tahun ini harganya diprediksi mencapai Rp 80 ribu–Rp 100 ribu per kg. (puj/c7/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Zulhas Dinobatkan Jadi Bapak Pecinta Kopi Indonesia
Redaktur & Reporter : Ragil