jpnn.com, JAKARTA - Harga batu bara mulai menanjak setelah mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir.
Selain perbaikan harga, permintaan dari pasar India dan Tiongkok terus meningkat.
BACA JUGA: Bangun Dermaga Industri, Cari Investor ke Tiongkok
Merespons peningkatan permintaan, emiten tambang batu bara pun berupaya meningkatkan produksi.
Salah satunya adalah ABM Investama yang berencana meningkatkan produksi 40 persen tahun ini.
BACA JUGA: 2 Kendala Utama Pelaku UMKM
Direktur Utama ABM Investama Andi Djajanegara menyatakan, peningkatan produksi dan efisiensi operasional menjadi kunci kinerja perseroan.
Sepanjang tahun lalu, ABM memproduksi 6,4 juta ton per tahun.
BACA JUGA: 5 Kendala yang Mengadang Industri Kreatif
Sedangkan tahun ini ditargetkan mencapai sembilan juta ton per tahun.
’’Selain Tiongkok dan India, permintaan pasar domestik mengalami pertumbuhan,’’ katanya.
Tahun lalu, ABM Investama meraup pendapatan USD 590,7 juta dengan laba kotor (EBITDA) USD 166,0 juta.
Artinya, terjadi peningkatan 23,1 persen bila dibandingkan dengan 2015.
Laba bersih yang dicetak perseroan mencapai USD 12,6 juta, membaik jika dibandingkan dengan rugi bersih pada 2015 senilai USD 38,1 juta.
ABM juga berhasil melakukan refinancing utang dan memangkas kewajiban hingga mencapai USD 110 juta.
Direktur Keuangan ABM Investama Adrian Erlangga menuturkan, penguatan neraca melalui pemangkasan utang dan produktivitas aset merupakan fokus perseroan tahun ini.
Perseroan juga berupaya memperkuat bisnis non-batu bara seperti di sektor kelistrikan dan jasa logistik.
’’Populasi yang makin besar dan aktivitas ekonomi yang makin dinamis memberikan peluang pertumbuhan yang sangat besar bagi jasa logistik di Indonesia,’’ tutur Adrian. (dee/c14/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Permen LHK P.17/2017 Dinilai Belum Memberi Solusi
Redaktur : Tim Redaksi