Pernah Dimintai Rp 10 Miliar agar KarSa Tak Kalah di MK

Senin, 13 Januari 2014 – 02:20 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Ketua DPD Partai Golkar Jatim Zainuddin Amali akhirnya angkat bicara terkait dugaan penyuapan dalam sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) pilgub Jatim. Menurut dia, meski memang Akil Mochtar sempat meminta sejumlah uang, tidak pernah terjadi penyuapan.

"Yang pertama-tama, memang saya benarkan sempat diperiksa oleh KPK sebagai saksi," kata melalui rilis, kemarin.

BACA JUGA: Inilah Alasan Bos Lion Air Bergabung PKB

Amali juga membenarkan bahwa dirinya pernah dikirimi pesan oleh Akil Mochtar yang dikenalnya saat dulu sebelum jadi ketua MK dan masih menjadi pengurus Golkar. Amali kemudian menceritakan kronologinya. Pada 1 Oktober 2013, dia menerima pesan BlackBerry messenger (BBM) dari Akil Mochtar. Intinya meminta agar pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) menyiapkan uang Rp 10 miliar. Bila tidak, maka pasangan KarSa akan kalah.

Sebagai salah satu parpol pendukung KarSa, Amali kemudian menemui Gubernur Jatim Soekarwo. "Tujuannya hanya untuk menyampaikan ada informasi gawat. Sebagai parpol pendukung, tentu kami pasti menyampaikan informasi sekecil apa pun terkait kemenangan KarSa," katanya.

BACA JUGA: Bos Lion Air: Ini Tanda Terima Kasih Untuk Negeri

Politikus berdarah Gorontalo tersebut sadar bahwa hal itu bisa dipersepsi macam-macam oleh masyarakat. Misalnya, menjadi kurir Akil atau hal-hal semacam itu.

"Silakan orang berpersepsi. Tapi, faktanya tidak seperti itu. Kecuali kalau saya (Golkar, Red) tidak mendukung KarSa dan menemui Pakde (Soekarwo, Red). Nah, itu berarti ada apa-apa karena secara praktis sebenarnya tidak ada kepentingan apa-apa."

BACA JUGA: Kubu Mbak Tutut Yakin HT Patuhi Putusan MA

Amali kemudian bercerita bahwa begitu diberi tahu informasi itu dan hendak menunjukkan pesan BBM, Soekarwo langsung menukasnya. "Intinya, Pakde bilang dirinya optimistis menang karena posisinya memang kuat. Artinya, bukti yang dibawa oleh pasangan KarSa dalam sidang itu cukup untuk mementahkan gugatan pasangan Khofifah-Herman," paparnya.

Setelah itu, Amali mengatakan bahwa KarSa cukup yakin dengan posisinya. Maka, dia tidak lagi kontak dengan Akil. Hingga kemudian Akil ditangkap.

"Saya tegaskan lagi bahwa yang terjadi adalah Pak Akil Mochtar memang hendak meminta uang ke pasangan KarSa, tapi ditolak Pakde. Sama sekali tidak ada aliran uang suap," tambahnya.

Untuk itu, Amali menyatakan sudah menganggap selesai urusan pilgub Jatim. Bahwa dia diperiksa KPK karena BlackBerry Akil disita, itu memang konsekuensi logis. "Saya bisa memahami alur penyidik. Karena memang ada permintaan uang di sana. Tapi, soal penyelesaian hukum, saya serahkan semuanya ke aparat yang berwajib," katanya.

Informasi yang dihimpun Jawa Pos menyebutkan bahwa Akil memang sempat "mengancam" pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) agar membayar uang upeti kepada dirinya. Fakta itu terungkap dalam pesan BlackBerry messenger (BBM) antara Zainuddin Amali dan Akil Mochtar pada 1 Oktober-2 Oktober 2013.

Dalam komunikasi BBM tersebut, Akil tanpa tedeng aling-aling meminta uang Rp 10 miliar agar kemenangan KarSa dalam pilgub Jatim tidak dibatalkan oleh sidang MK. "Saat itu Zainuddin Amali hanya menjawab oke. Juga siap bertemu dengan Akil di rumah dinas Akil di Widya Candra, Jakarta," kata sebuah sumber di lingkungan KPK.

Namun, hingga Akil ditangkap KPK pada 2 Oktober 2013 pukul 21.00, Amali tidak pernah nongol. Ketika diperiksa, Amali menjawab perihal ketidakhadirannya. Dalam berkas acara, Amali mengatakan bahwa pihaknya sempat mengonfirmasikan permintaan Akil tersebut kepada Gubernur Jatim Soekarwo.

Menurut sumber itu, semua kasus sengketa pilkada yang ditangani Akil pasti ditelusuri dan ditempatkan dalam berkas yang terpisah-pisah. "Apa pun hasilnya, kalau memang tidak terbukti, ya kami hentikan. Bila ditemukan bukti tambahan, ya pasti kami proses," tuturnya. Selain Amali, yang diperiksa adalah Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham dan Ketua KPU Jatim Andry Dewanto Ahmad.

Di bagian lain, Gubernur Jatim Soekarwo membenarkan bahwa dirinya bertemu dengan Zainuddin Amali. "Saat itu Pak ZA (Zainuddin Amali, red) bilang bahwa situasinya gawat seperti itu," ucapnya. Soekarwo mengaku bingung dengan apa yang dimaksud gawat tersebut.

Rupanya, yang dimaksud gawat adalah ancaman Akil yang meminta Rp 10 miliar atau pasangan KarSa dikalahkan. Begitu tahu maksudnya, Soekarwo langsung menolaknya.

"Saya tetap optimistis menang. Karena memang tidak ada kecurangan yang kami lakukan. Sejak awal, kami sudah menggariskan ke tim sukses bahwa semua kampanye yang dilakukan harus sesuai dengan aturan. Tidak boleh melanggar hukum," paparnya. (ano/c6/end)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Artis Ramai-ramai Dukung Dahlan Iskan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler