Pernah jadi Ajudan Presiden Soekarno, Kini Nasibnya...

Rabu, 21 Desember 2016 – 10:15 WIB
Ayub Kafiar, pahlawan yang terlupakan. Foto: Radar Sorong

jpnn.com - JPNN.com - Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan, begitulah kalimat yang diucapkan salah seorang proklamator bangsa, Soekarno. 

Sejarah pembebasan Irian Barat melibatkan banyak pahlawan yang ikut berperan. Sebagian besar, para pejuang itu, nama-namanya tercatat sebagai pahlawan. Namun, ada juga nama yang terlewatkan. 

BACA JUGA: Sambut Natal, TNI AL Wilayah Surabaya Gelar Karya Bhakti

Salah satunya Ayub Kafiar. 

Veteran pejuang kelahiran Ambai 3 April 1923, yang sudah ikut berjuang sejak tahun 1947 ini tak masuk dalam deretan nama pahlawan pejuang pembebasan Irian Barat. 

BACA JUGA: Hati-Hati, Ada Pakan Ternak Kedaluwarsa Dijadikan Jajanan Anak

Dia mengaku ikut berperan penting dalam perjuangan itu. Kisahnya pun berlangsung memilukan. Kurang lebih 20 tahun, ia tinggal di sebuah rumah yang boleh dibilang jauh dari kata layak. Rumah yang beralamat di Jalan Danau Ayamaru, Rufei Pantai, Distrik Sorong Barat ini sangat memprihatinkan. Terlebih untuk seorang pejuang yang berjasa bagi bangsa dan Negara.

Kendati ada program bedah rumah, tapi rumahnya pun luput dari daftar rumah yang direnovasi. Di rumah inilah, ia tetap bersyukur dan bangga melihat Papua Barat menjadi bagian dari NKRI. Bangunan sangat memprihatinkan itu terlihat mulai dari luar. Kondisi di dalamnya juga sungguh menyentuh hati. Tak terawat.

BACA JUGA: Tangkap Muncikari Ayam Kampus, Polisi Sita 3 Dus Kondom

Usianya sudah sangat renta, pendengaranya pun sudah sangat berkurang. Untuk memudahkan berbincang, harus sedikit mengeraskan suara. Meski raut wajah keribut, jalan yang sudah tergopoh-gopoh, pendengaran yang sudah tak lagi baik. Namun, ingatannya akan perjuangan pembebasan Irian Barat masih sangat baik. 

Dia begitu bangga dan di dalam hatinya memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Foto bersama Presiden pertama RI Ir Soekarno masih disimpanya.

Saat itu, kakek Ayub bicara, tentang Provinsi Irian Jaya merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terletak di bagian Timur wilayah Indonesia. Saat ini menjadi provinsi Papua dan Papua Barat.  Pada tanggal 19 November 1969 melalui Resolusi PBB No. 2504, Papua secara resmi menjadi bagian dari NKRI.

“Pemerintah janji mau perbaiki rumah saya, kandang ayam lebih baik dari rumah saya. Saya dilupakan pemerintah, saya sudah bantu Papua. Aturan pemerintah baik hanya pejabat saja yang tidak baik karena bekerja tidak sesuai aturan makanya sekarang masyarakat ingin merdeka. Rakyat Indonesia sekarang ada yang baik dan tidak baik. Saya harap Indonesia didik orang Papua baik- baik,” katanya.

Dia menjelaskan, ketika Irian Barat masih dikuasai oleh Belanda, masyarakat bersatu padu untuk merebut kembali tanah Papua dari tangan penjajah.

Putra daerah yang turut berjuang merebut kembali Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi Bangsa Indonesia telah mendapat gelar dari pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional, namun nasib kakek Ayub tidak seberuntung mereka yang ada di buku sejarah.

Dia mengaku pernah menjadi ajudan pengawal Presiden RI Pertama Ir. Soekarno, berjuang untuk Papua pada perundingan pembebasan Irian Barat.
“Saya berjuang buat Indonesia, berjuang untuk Papua,” tandasnya. (norma fauzia muhammad/radar sorong/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kualitas Panen Tebu Cirebon Terancam Anjlok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler