Pernikahan Puji dengan Dita Oeprianto Tanpa Restu Orang Tua

Selasa, 15 Mei 2018 – 09:12 WIB
Pelaku peledakan bom di tiga gereja di Surabaya pasangan suami istri Dita Oeprianto, 47, dan Puji Kuswati, 43. Foto: DOK KELUARGA

jpnn.com, SURABAYA - Puji Kuswati dan suaminya Dita Oeprianto mengajak dua putra dan dua putrinya, melakukan aksi bunuh diri menyasar tiga gereja di Surabaya, Jatim, Minggu (13/5) pagi.

Puji pun dikenal santun dan grapyak dengan ibu-ibu di kompleks Perumahan Wisma Indah Surabaya. Tiap arisan rutin saban bulan dia selalu datang. ”Bahkan, waktu tiba giliran arisan di rumahnya, dia selalu terbuka,” ujar Khorihah, ketua RT setempat.

BACA JUGA: Sehari Sebelum Bom Bunuh Diri, Putra Dita Oeprianto Menangis

Puji sendiri ternyata kelahiran Dusun Krajan, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Dia merupakan putri ketiga di antara empat bersaudara pasangan H Koesni dan Hj Minarti. Koesni yang kini berumur 82 tahun adalah pensiunan TNI-AL dan kini bersama putranya mengelola usaha jamu tradisional.

H Rusiyono, juru bicara keluarga H Koesni, mengatakan bahwa Puji sejak kecil tidak tinggal bersama orang tuanya. Saat masih berumur 20 bulan, Puji diadopsi almarhumah Ny Sukar, kakak kandung Koesni yang tinggal di Kecamatan Gorang Gareng, Kabupaten Magetan. ”Sejak kecil diasuh budenya. Karena saat itu budenya tidak memiliki anak,” ujarnya.

BACA JUGA: Suami Terduga Teroris Dijemput Densus 88 di Kantornya

Sebelum menikah dengan Dita, Puji datang ke Banyuwangi untuk minta restu. Saat itu Koesni bersama keluarga tidak merestui. ”Puji tetap nekat menikah. Katanya sudah saling cinta,” ungkapnya.

Karena nekat menikah, hubungan Puji dan keluarganya di Banyuwangi tidak baik. Nyaris tidak pernah ada komunikasi. Puji bersama suami dan anaknya terakhir pulang pada 28 Januari 2018 saat keluarga menggelar hajatan. ”Kalau di rumah tidak pernah lama,” katanya.

BACA JUGA: Nasib si Putri yang Diajak Ortunya Beraksi di Mapolrestabes

Meski jarang berkomunikasi, Koesni tetap memperhatikan putrinya. Selain membelikan rumah, dia sempat membelikan mobil. ”Membelikan rumah dan mobil itu karena melihat cucu-cucunya,” sebut Sujiyo, kerabat Koesni.

Sujiyo menambahkan, Koesni sempat kesal dengan ulah menantunya itu. Tiga kali dibelikan mobil, tapi dijual semua. Pada 2013 pasutri tersebut kembali dibelikan mobil Toyota Avanza, tapi BPKB-nya tidak diberikan agar tidak dijual lagi. ”Mobil itu sepertinya yang dibuat bom bunuh diri,” ujarnya.

BACA JUGA: Sehari Sebelum Bom Bunuh Diri, Putra Dita Oeprianto Menangis

BACA JUGA: Detik-detik AKBP Roni Selamatkan Aisyah Putri, Histeris!

Sementara itu, Rektor Unair M. Nasih mengatakan, Dita memang benar pernah menjadi mahasiswa Unair. Dia mengambil D-3 program studi manajemen pemasaran, tapi tidak sampai lulus. Dita drop out pada semester III karena tidak pernah masuk dan hanya menempuh 47 SKS dengan IPK 1,47. ”Jadi bukan alumni,” tegasnya.

Selama kuliah, jelas Nasih, Dita juga tidak pernah aktif di organisasi mahasiswa. Baik senat mahasiswa maupun unit kegiatan mahasiswa (UKM). Termasuk tidak pernah ikut kelompok kajian masjid kampus. (gal/hen/ayu/rio/abi/c9/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Usai Antar Istri, Terduga Teroris Ditembak Mati, Dor!


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler