jpnn.com, JAKARTA - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab meminta agar tidak ada lagi pihak yang mendiskreditkan jargon Revolusi Akhlak yang diusungnya.
Habib Rizieq berharap jangan ada yang menggiring dan menyamakan Revolusi Akhlak dengan pemberontakan.
BACA JUGA: Beredar Surat Hasil Tes Swab Habib Rizieq, Begini Tanggapan MER-C
Habib Rizieq menyampaikan itu saat menghadiri diskusi daring Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh Bersama Imam Besar yang disiarkan akun Youtube Front TV, Rabu (2/12).
"Jangan ada yang berpikir, Revolusi Akhlak itu, kalau dengar revolusi, itu revolusi bersenjata atau revolusi pemberontakan. Tidak betul," kata Rizieq.
BACA JUGA: Dibuka Oleh Habib Rizieq, Dialog Nasional 212 Tak Dihadiri Mahfud MD
Habib Rizieq mengaku selalu mendapat pelajaran oleh gurunya untuk senantiasa mengedepankan kedamaian.
Termasuk tidak boleh melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Dari situ, tidak mungkin narasi Revolusi Akhlak bernuansa pemberontakan.
BACA JUGA: Sebentar Lagi Punya SK PPPK, Membayangkan Gaji Bulanan seperti PNS
"Kami tidak boleh melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah, tidak boleh. Kalau sah, dan diterima masyarakat, suka atau tidak suka, adil atau tidak adil, kita (Habib Rizieq) mengakui ini pemerintahan," ujar dia.
Rizieq menyadari, umat Islam akan melayangkan kritik ke pemerintahan ketika terdapat kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat dan bertentangan dengan narasi Revolusi Akhlak.
Namun, dia meminta, kritik yang dilayangkan tidak menuai prasangka buruk. Kritik, kata dia, bukan berarti umat Islam tengah melakukan makar.
"Mengkritik pemerintahan yang sah itu bukan makar, bukan pemberontakan. Ini yang perlu saya jelaskan," tutur dia.
"Jadi, Revolusi Akhlak jangan digambarkan revolusi berdarah-darah, revolusi makar, revolusi pemberontakan, revolusi menjatuhkan pemerintahan yg sah, tidak begitu," ujar Habib Rizieq. (ast/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan